Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mengunjungi Kampung Tempat Tinggal Orang Pigmi

Keluarga Pigmi Rampasasa Flores berpose didepan rumah adat (rumah gendang) di Dusun Rampasasa, Desa Wae Mulu, Kecamatan Wae Rii, Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT), 26 Februari 2015. Pigmi adalah istilah bagi kelompok etnis bertubuh pendek yang berada di sebuah dusun Rampasa di NTT. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Keluarga Pigmi Rampasasa Flores berpose didepan rumah adat (rumah gendang) di Dusun Rampasasa, Desa Wae Mulu, Kecamatan Wae Rii, Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT), 26 Februari 2015. Pigmi adalah istilah bagi kelompok etnis bertubuh pendek yang berada di sebuah dusun Rampasa di NTT. TEMPO/Dhemas Reviyanto

30 Maret 2015 00:00 WIB

Darius Sekak salah seorang masyarakat Pigmi Rampasasa Flores di Desa Wae Mulu, Kecamatan Wae Rii, Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT), 28 Februari 2015. Konon, postur tubuh mereka mewarisi gen manusia purba Homo Floresiensis yang fosilnya ditemukan di Gua Ling Bua. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Darius Sekak salah seorang masyarakat Pigmi Rampasasa Flores di Desa Wae Mulu, Kecamatan Wae Rii, Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT), 28 Februari 2015. Konon, postur tubuh mereka mewarisi gen manusia purba Homo Floresiensis yang fosilnya ditemukan di Gua Ling Bua. TEMPO/Dhemas Reviyanto

30 Maret 2015 00:00 WIB

Viktor Darung (kiri) salah seorang masyarakat Pigmi Rampasasa Flores berpose bersama Elin di Dusun Rampasasa, Desa Wae Mulu, Kecamatan Wae Rii, Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT), 26 Februari 2015. Orang Pigmi Flores memiliki tinggi maksimal 150 cm untuk laki-laki dan 140 cm untuk perempuan. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Viktor Darung (kiri) salah seorang masyarakat Pigmi Rampasasa Flores berpose bersama Elin di Dusun Rampasasa, Desa Wae Mulu, Kecamatan Wae Rii, Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT), 26 Februari 2015. Orang Pigmi Flores memiliki tinggi maksimal 150 cm untuk laki-laki dan 140 cm untuk perempuan. TEMPO/Dhemas Reviyanto

30 Maret 2015 00:00 WIB

Kepala Dusun Rampasasa, Martinus menunjukkan data penelitian Manusia Pigmi Rampasasa dikediamannya di Dusun Rampasasa, Desa Wae Mulu, Kecamatan Wae Rii, Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT), 26 Februari 2015. Diketahui, di Dusun Rampasa terdapat sekitar 200 orang bertubuh pendek. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Kepala Dusun Rampasasa, Martinus menunjukkan data penelitian Manusia Pigmi Rampasasa dikediamannya di Dusun Rampasasa, Desa Wae Mulu, Kecamatan Wae Rii, Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT), 26 Februari 2015. Diketahui, di Dusun Rampasa terdapat sekitar 200 orang bertubuh pendek. TEMPO/Dhemas Reviyanto

30 Maret 2015 00:00 WIB

Altar warga Rampasasa atau biasa disebut Compang di halaman Dusun Rampasasa, Desa Wae Mulu, Kecamatan Wae Rii, Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT), 26 Februari 2015. Dalam kesehariannya, warga Pigmi Rampasa bekerja sebagai petani atau buruh tani. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Altar warga Rampasasa atau biasa disebut Compang di halaman Dusun Rampasasa, Desa Wae Mulu, Kecamatan Wae Rii, Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT), 26 Februari 2015. Dalam kesehariannya, warga Pigmi Rampasa bekerja sebagai petani atau buruh tani. TEMPO/Dhemas Reviyanto

30 Maret 2015 00:00 WIB

Anak warga Dusun Rampasasa berjalan berangkat Sekolah di Desa Wae Mulu, Kecamatan Wae Rii, Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT), 28 Februari 2015. Diketahui bahwa Pigmi Rampasa Rampasasa bukan karena kekurangan asupan vitamin atau Nutrisi tetapi karena faktor genetis. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Anak warga Dusun Rampasasa berjalan berangkat Sekolah di Desa Wae Mulu, Kecamatan Wae Rii, Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT), 28 Februari 2015. Diketahui bahwa Pigmi Rampasa Rampasasa bukan karena kekurangan asupan vitamin atau Nutrisi tetapi karena faktor genetis. TEMPO/Dhemas Reviyanto

30 Maret 2015 00:00 WIB