Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kualitas Udara di Kalimantan Mengkhawatirkan

Alat berat dioperasikan untuk membuat kanal blocking di kawasan Jembatan Nusa Tiga di Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, 30 September 2015. Presiden Joko Widodo memerintahkan pembangunan kanal blocking sepanjang 7 km di kawasan tersebut guna mencegah kebakaran hutan dan lahan secara efektif. ANTARA/Rosa Panggabean
Alat berat dioperasikan untuk membuat kanal blocking di kawasan Jembatan Nusa Tiga di Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, 30 September 2015. Presiden Joko Widodo memerintahkan pembangunan kanal blocking sepanjang 7 km di kawasan tersebut guna mencegah kebakaran hutan dan lahan secara efektif. ANTARA/Rosa Panggabean

1 Oktober 2015 00:00 WIB

Suasana lahan yang terbakar di Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, 30 September 2015. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) mendesak pemerintah dalam hal ini Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk menetapkan kabut asap sebagai bencana nasional. ANTARA/Rosa Panggabean
Suasana lahan yang terbakar di Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, 30 September 2015. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) mendesak pemerintah dalam hal ini Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk menetapkan kabut asap sebagai bencana nasional. ANTARA/Rosa Panggabean

1 Oktober 2015 00:00 WIB

Warga mengenakan masker dengan latar bangunan panggung Suku Dayak yang masih diselimuti asap di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, 1 Oktober 2015. Penyebab pekatnya asap meski jumlah titik panas menurun adalah kebakaran lahan gambut yang sudah padam, namun masih mengeluarkan asap. ANTARA/Rosa Panggabean
Warga mengenakan masker dengan latar bangunan panggung Suku Dayak yang masih diselimuti asap di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, 1 Oktober 2015. Penyebab pekatnya asap meski jumlah titik panas menurun adalah kebakaran lahan gambut yang sudah padam, namun masih mengeluarkan asap. ANTARA/Rosa Panggabean

1 Oktober 2015 00:00 WIB

Sejumlah pengendara melintas di Jalan RTA Miilono yang masih diselimuti asap di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, 1 Oktober 2015. Perekonomian masyarakat ikut terdampak pekatnya kabut asap. ANTARA/Rosa Panggabean
Sejumlah pengendara melintas di Jalan RTA Miilono yang masih diselimuti asap di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, 1 Oktober 2015. Perekonomian masyarakat ikut terdampak pekatnya kabut asap. ANTARA/Rosa Panggabean

1 Oktober 2015 00:00 WIB

Pemandangan patung Suku Dayak yang diselimuti asap di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, 1 Oktober 2015. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis jumlah titik panas di Kalimantan menurun, meski demikian kabut asap tetap mengkhawatirkan. ANTARA/Rosa Panggabean
Pemandangan patung Suku Dayak yang diselimuti asap di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, 1 Oktober 2015. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis jumlah titik panas di Kalimantan menurun, meski demikian kabut asap tetap mengkhawatirkan. ANTARA/Rosa Panggabean

1 Oktober 2015 00:00 WIB

Warga melintasi Jalan RTA Miilono yang masih diselimuti asap di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, 1 Oktober 2015. Kualitas udara berdasarkan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di Palangkaraya berada di angka 1.398, sementara  batas akhir level berbahaya ISPU berada pada angka 500. ANTARA/Rosa Panggabean
Warga melintasi Jalan RTA Miilono yang masih diselimuti asap di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, 1 Oktober 2015. Kualitas udara berdasarkan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di Palangkaraya berada di angka 1.398, sementara batas akhir level berbahaya ISPU berada pada angka 500. ANTARA/Rosa Panggabean

1 Oktober 2015 00:00 WIB