Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kehidupan Sepi Petani Australia di Tengah Ladangnya Seluas 24000 HA

May McKeown berdiri di gerbang utama saat matahari terbenam, di atas lahannya seluas 2400 hektar di dekat kota Come-by-Chance, yang terletak lebih dari 700 kilometer sebelah utara-barat dari Sydney di Australia, 16 Maret 2017. REUTERS
May McKeown berdiri di gerbang utama saat matahari terbenam, di atas lahannya seluas 2400 hektar di dekat kota Come-by-Chance, yang terletak lebih dari 700 kilometer sebelah utara-barat dari Sydney di Australia, 16 Maret 2017. REUTERS

5 April 2017 00:00 WIB

May McKeown berjalan melihat matahari terbenam, di atas lahannya seluas 2400 hektar di dekat kota Come-by-Chance, Sydney, Australia, 16 Maret 2017. McKeown, petani berusia 78 yang tinggal dan bekerja di ladangnya sendirian. REUTERS
May McKeown berjalan melihat matahari terbenam, di atas lahannya seluas 2400 hektar di dekat kota Come-by-Chance, Sydney, Australia, 16 Maret 2017. McKeown, petani berusia 78 yang tinggal dan bekerja di ladangnya sendirian. REUTERS

5 April 2017 00:00 WIB

May McKeown menurunkan gulungan jerami dari atas truknya sendiri saat bekerja di ladangnya seluas 2400 hektar di dekat kota Come-by-Chance, Sydney, Australia, 16 Maret 2017. McKeown dalam sehari-hari bekerja di ladangnya untuk memeriksa ketersediaan makanan hewan peliharaannya. REUTERS
May McKeown menurunkan gulungan jerami dari atas truknya sendiri saat bekerja di ladangnya seluas 2400 hektar di dekat kota Come-by-Chance, Sydney, Australia, 16 Maret 2017. McKeown dalam sehari-hari bekerja di ladangnya untuk memeriksa ketersediaan makanan hewan peliharaannya. REUTERS

5 April 2017 00:00 WIB

May McKeown terlihat dari kaca spion truknya saat menutup gerbang ladangnya di dekat kota Come-by-Chance, Sydney, Australia, 16 Maret 2017. Selain bekerja di ladang dan peternakannya, McKeown juga dalam sehari-harinya menulis puisi tentang kehidupannya yang sepi. REUTERS
May McKeown terlihat dari kaca spion truknya saat menutup gerbang ladangnya di dekat kota Come-by-Chance, Sydney, Australia, 16 Maret 2017. Selain bekerja di ladang dan peternakannya, McKeown juga dalam sehari-harinya menulis puisi tentang kehidupannya yang sepi. REUTERS

5 April 2017 00:00 WIB

May McKeown merapihkan sebuah alat guna menarik gulungan jerami saat bekerja di ladangnya di dekat kota Come-by-Chance, Sydney, Australia, 16 Maret 2017. REUTERS
May McKeown merapihkan sebuah alat guna menarik gulungan jerami saat bekerja di ladangnya di dekat kota Come-by-Chance, Sydney, Australia, 16 Maret 2017. REUTERS

5 April 2017 00:00 WIB

May McKeown mempersiapkan makanan untuk sapi ternaknya di ladangnya di dekat kota Come-by-Chance, Sydney, Australia, 16 Maret 2017. REUTERS
May McKeown mempersiapkan makanan untuk sapi ternaknya di ladangnya di dekat kota Come-by-Chance, Sydney, Australia, 16 Maret 2017. REUTERS

5 April 2017 00:00 WIB