Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kisah Pilu Anak-anak Pengungsi Rohingya Jadi Korban Kerja Paksa

Azimul Hasan, anak pengungsi Rohingya berusia 10 tahun, menyajikan piring di sebuah hotel tempat ia bekerja di Jamtoli, dekat kamp Palong Khali, Bangladesh, 12 November 2017. Hasil penyelidikan International Organization for Migration (IOM) menunjukkan adanya eksploitasi, kerja paksa, dan pencabulan terhadap anak-anak Rohingya. REUTERS/Navesh Chitrakar
Azimul Hasan, anak pengungsi Rohingya berusia 10 tahun, menyajikan piring di sebuah hotel tempat ia bekerja di Jamtoli, dekat kamp Palong Khali, Bangladesh, 12 November 2017. Hasil penyelidikan International Organization for Migration (IOM) menunjukkan adanya eksploitasi, kerja paksa, dan pencabulan terhadap anak-anak Rohingya. REUTERS/Navesh Chitrakar

14 November 2017 00:00 WIB

Beberapa anak laki-laki pengungsi Rohingya, berkerja di peternakan, lokasi konstruksi, kapal penangkap ikan, kedai teh, dan penarik becak. Anak-anak Rohingya terpaksa bekerja di tengah situasi sulit menghadapi kemiskinan dan malnutrisi di kamp pengungsian. REUTERS/Navesh Chitrakar
Beberapa anak laki-laki pengungsi Rohingya, berkerja di peternakan, lokasi konstruksi, kapal penangkap ikan, kedai teh, dan penarik becak. Anak-anak Rohingya terpaksa bekerja di tengah situasi sulit menghadapi kemiskinan dan malnutrisi di kamp pengungsian. REUTERS/Navesh Chitrakar

14 November 2017 00:00 WIB

Seorang gadis Rohingya berusia 12 tahun, bekerja sebagai pembantu rumah tangga di sebuah rumah di Bangladesh, 8 November 2017. Anak perempuan biasanya bekerja sebagai pembantu rumah tangga dan pengasuh untuk keluarga Bangladesh, baik di kota Cox's Bazar atau di Chittagong, kota terbesar kedua di Bangladesh, sekitar 150 km dari kamp pengungsian. REUTERS/Mohammad Ponir Hossain
Seorang gadis Rohingya berusia 12 tahun, bekerja sebagai pembantu rumah tangga di sebuah rumah di Bangladesh, 8 November 2017. Anak perempuan biasanya bekerja sebagai pembantu rumah tangga dan pengasuh untuk keluarga Bangladesh, baik di kota Cox's Bazar atau di Chittagong, kota terbesar kedua di Bangladesh, sekitar 150 km dari kamp pengungsian. REUTERS/Mohammad Ponir Hossain

14 November 2017 00:00 WIB

Mohammad Zubair, anak pengungsi Rohingya, menuju kios sayuran milik ayahnya di kamp pengungsi Kutupalong, Bangladesh, 12 November 2017. Sebelumnya, Zubair yang berusia 14 tahun merupakan pekerja konstruksi yang diimingi bayaran 250 taka (sekitar Rp 40 ribu) per hari. Namun, setelah bekerja 38 hari, Zubair hanya menerima upah Rp 80 ribu. Saat meminta gajinya dibayar penuh, ia diusir dan dilecehkan secara verbal. REUTERS / Navesh Chitrakar
Mohammad Zubair, anak pengungsi Rohingya, menuju kios sayuran milik ayahnya di kamp pengungsi Kutupalong, Bangladesh, 12 November 2017. Sebelumnya, Zubair yang berusia 14 tahun merupakan pekerja konstruksi yang diimingi bayaran 250 taka (sekitar Rp 40 ribu) per hari. Namun, setelah bekerja 38 hari, Zubair hanya menerima upah Rp 80 ribu. Saat meminta gajinya dibayar penuh, ia diusir dan dilecehkan secara verbal. REUTERS / Navesh Chitrakar

14 November 2017 00:00 WIB

Mohammad Zubair bekerja di kios sayuran milik ayahnya di kamp pengungsi Kutupalong, Bangladesh, 12 November 2017. Zubair juga pernah bekerja di sebuah toko teh selama sebulan. Ia bekerja dua shift per hari dari jam 6 pagi sampai lewat tengah malam dan mendapatkan jatah istirahat selama empat jam pada sore hari. REUTERS / Navesh Chitrakar
Mohammad Zubair bekerja di kios sayuran milik ayahnya di kamp pengungsi Kutupalong, Bangladesh, 12 November 2017. Zubair juga pernah bekerja di sebuah toko teh selama sebulan. Ia bekerja dua shift per hari dari jam 6 pagi sampai lewat tengah malam dan mendapatkan jatah istirahat selama empat jam pada sore hari. REUTERS / Navesh Chitrakar

14 November 2017 00:00 WIB

Anwar Hossain, anak pengungsi Rohingya berusia 12 tahun saat bekerja mencari kayu bakar di luar tempat penampungan sementara di kamp pengungsi Kutupalong dekat Cox's Bazar, Bangladesh, 12 November 2017. REUTERS / Navesh Chitrakar
Anwar Hossain, anak pengungsi Rohingya berusia 12 tahun saat bekerja mencari kayu bakar di luar tempat penampungan sementara di kamp pengungsi Kutupalong dekat Cox's Bazar, Bangladesh, 12 November 2017. REUTERS / Navesh Chitrakar

14 November 2017 00:00 WIB