Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mengunjungi Bitr, Desa Penuh Ranjau di Irak

Seorang pria yang cacat karena ledakan ranjau darat membasuh kakinya yang terpotong di kediamannya di desa Bitr, di distrik Al-Tanouma, timur Basra, Irak, 25 Februari 2018. Nama desa yang memiliki arti amputasi itu merupakan desa yang dipenuhi korban ranjau darat hingga kaki mereka harus diamputasi. REUTERS/Essam Al-Sudani
Seorang pria yang cacat karena ledakan ranjau darat membasuh kakinya yang terpotong di kediamannya di desa Bitr, di distrik Al-Tanouma, timur Basra, Irak, 25 Februari 2018. Nama desa yang memiliki arti amputasi itu merupakan desa yang dipenuhi korban ranjau darat hingga kaki mereka harus diamputasi. REUTERS/Essam Al-Sudani

25 April 2018 00:00 WIB

Petugas mencari ranjau darat yang kemungkinan masih tertanam di desa Bitr, di distrik Al-Tanouma, timur Basra, Irak, 25 Februari 2018. Ratusan warga desa kehilangan anggota tubuh, kaki dan atau tangan, akibat ranjau dan bom-bom yang belum meledak dari Perang Iran-Irak 1980-1988. REUTERS/Essam Al-Sudani
Petugas mencari ranjau darat yang kemungkinan masih tertanam di desa Bitr, di distrik Al-Tanouma, timur Basra, Irak, 25 Februari 2018. Ratusan warga desa kehilangan anggota tubuh, kaki dan atau tangan, akibat ranjau dan bom-bom yang belum meledak dari Perang Iran-Irak 1980-1988. REUTERS/Essam Al-Sudani

25 April 2018 00:00 WIB

Petugas mencari ranjau darat yang kemungkinan masih tertanam di desa Bitr, di distrik Al-Tanouma, timur Basra, Irak, 25 Februari 2018. Irak meminta masyarakat internasional  membantu membersihkan sekitar 20 juta ranjau darat dan bom curah di wilayahnya.  REUTERS/Essam Al-Sudani
Petugas mencari ranjau darat yang kemungkinan masih tertanam di desa Bitr, di distrik Al-Tanouma, timur Basra, Irak, 25 Februari 2018. Irak meminta masyarakat internasional membantu membersihkan sekitar 20 juta ranjau darat dan bom curah di wilayahnya. REUTERS/Essam Al-Sudani

25 April 2018 00:00 WIB

Seorang warga bernama Rafed (kiri) dengan kaki yang telah diamputasi, bersepeda di desa Bitr, di distrik Al-Tanouma, timur Basra, Irak, 25 Februari 2018. Sekitar 8.000 orang tewas akibat ranjau dan bom curah itu dan seperempat dari jumlah korban itu merupakan anak-anak. REUTERS/Essam Al-Sudani
Seorang warga bernama Rafed (kiri) dengan kaki yang telah diamputasi, bersepeda di desa Bitr, di distrik Al-Tanouma, timur Basra, Irak, 25 Februari 2018. Sekitar 8.000 orang tewas akibat ranjau dan bom curah itu dan seperempat dari jumlah korban itu merupakan anak-anak. REUTERS/Essam Al-Sudani

25 April 2018 00:00 WIB

Sejumlah warga dengan kaki yang telah diamputasi, berbincang di desa Bitr, di distrik Al-Tanouma, timur Basra, Irak, 25 Februari 2018. Ranjau darat yang tertanam di wilayah tersebut merupakan warisan dari perang antara Iran dan Iran pada 1980-1988 serta Perang Teluk 1990-1991.   REUTERS/Essam Al-Sudani
Sejumlah warga dengan kaki yang telah diamputasi, berbincang di desa Bitr, di distrik Al-Tanouma, timur Basra, Irak, 25 Februari 2018. Ranjau darat yang tertanam di wilayah tersebut merupakan warisan dari perang antara Iran dan Iran pada 1980-1988 serta Perang Teluk 1990-1991. REUTERS/Essam Al-Sudani

25 April 2018 00:00 WIB

Seorang wanita bersama suaminya menunjukkan kakinya yang telah diamputasi, di kediamannya di desa Bitr, di distrik Al-Tanouma, timur Basra, Irak, 25 Februari 2018. REUTERS/Essam Al-Sudani
Seorang wanita bersama suaminya menunjukkan kakinya yang telah diamputasi, di kediamannya di desa Bitr, di distrik Al-Tanouma, timur Basra, Irak, 25 Februari 2018. REUTERS/Essam Al-Sudani

25 April 2018 00:00 WIB