Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Duka Keluarga Korban Pesawat MH370 Mendengarkan Hasil Investigasi

Editor

Sarah Nor (tengah) ibunda Norliakmar Hamid, seorang penumpang pesawat  Malaysia Airlines MH370 menangis setelah mendengarkan laporan investigasi tentang hilangnya Pesawat tersebut di Putrajaya, Senin, 30 Juli 2018. Pemerintah Malaysia merilis laporan akhir tentang nasib pesawat Malaysia Airlines MH370 yang lenyap misterius dalam penerbangan 8 Maret 2014. (AP Photo/Vincent Thian)
Sarah Nor (tengah) ibunda Norliakmar Hamid, seorang penumpang pesawat Malaysia Airlines MH370 menangis setelah mendengarkan laporan investigasi tentang hilangnya Pesawat tersebut di Putrajaya, Senin, 30 Juli 2018. Pemerintah Malaysia merilis laporan akhir tentang nasib pesawat Malaysia Airlines MH370 yang lenyap misterius dalam penerbangan 8 Maret 2014. (AP Photo/Vincent Thian)

30 Juli 2018 00:00 WIB

Kleuarga korban pesawat  Malaysia Airlines MH370 yang hilang, berkumpul untuk mendengarkan hasil investigas pesawat tersebut di Putrajaya, Senin, 30 Juli 2018. Keluarga korban selama empat tahun, telah menanti kabar dan hasil investigasi selama ini. REUTERS/Sadiq Asyraf
Kleuarga korban pesawat Malaysia Airlines MH370 yang hilang, berkumpul untuk mendengarkan hasil investigas pesawat tersebut di Putrajaya, Senin, 30 Juli 2018. Keluarga korban selama empat tahun, telah menanti kabar dan hasil investigasi selama ini. REUTERS/Sadiq Asyraf

30 Juli 2018 00:00 WIB

Sarah Nor ibunda dari Norliakmar Hamid, penumpang pesawat Malaysia Airlines MH370 yang hilang, menangis usai mendengarkan hasil investigasi pemerintah Malaysia di Putrajaya, Malaysia, 30 Juli 2018. Monday, July 30, 2018. Tragedi hilangnya MH370 menjadi salah satu misteri penerbangan terbesar di dunia karena tiba-tiba hilang saat terbang dari Kuala Lumpur menuju Beijing pada 8 Maret 2014. (AP Photo/Vincent Thian)
Sarah Nor ibunda dari Norliakmar Hamid, penumpang pesawat Malaysia Airlines MH370 yang hilang, menangis usai mendengarkan hasil investigasi pemerintah Malaysia di Putrajaya, Malaysia, 30 Juli 2018. Monday, July 30, 2018. Tragedi hilangnya MH370 menjadi salah satu misteri penerbangan terbesar di dunia karena tiba-tiba hilang saat terbang dari Kuala Lumpur menuju Beijing pada 8 Maret 2014. (AP Photo/Vincent Thian)

30 Juli 2018 00:00 WIB

Keluarga korban pesawat Malaysia Airlines MH370 yang hilang, menjawab pertanuaan awak media usai mendengarkan hasil investigasi pemerintah Malaysia di Putrajaya, Malaysia, 30 Juli 2018. Monday, July 30, 2018. Pesawat Boeing 777 yang membawa 239 orang itu terdapat beberapa diantaranya warga Indonesia. REUTERS/Sadiq Asyraf
Keluarga korban pesawat Malaysia Airlines MH370 yang hilang, menjawab pertanuaan awak media usai mendengarkan hasil investigasi pemerintah Malaysia di Putrajaya, Malaysia, 30 Juli 2018. Monday, July 30, 2018. Pesawat Boeing 777 yang membawa 239 orang itu terdapat beberapa diantaranya warga Indonesia. REUTERS/Sadiq Asyraf

30 Juli 2018 00:00 WIB

Salah satu keluarga penumpang pesawat Malaysia Airlines MH370 yang hilang berbicara kepada media setelah hasil penyelidikan keamanan di Putrajaya, Malaysia, Senin, 30 Juli 2018. (AP Photo/Yam G-Jun)
Salah satu keluarga penumpang pesawat Malaysia Airlines MH370 yang hilang berbicara kepada media setelah hasil penyelidikan keamanan di Putrajaya, Malaysia, Senin, 30 Juli 2018. (AP Photo/Yam G-Jun)

30 Juli 2018 00:00 WIB

keluarga penumpang pesawat Malaysia Airlines MH370 membaca buku hasil investigasi pemerintah Malaysia dari hasil penyelidikan selama empat tahun, di Putrajaya, Malaysia, Senin, 30 Juli 2018. REUTERS/Sadiq Asyraf
keluarga penumpang pesawat Malaysia Airlines MH370 membaca buku hasil investigasi pemerintah Malaysia dari hasil penyelidikan selama empat tahun, di Putrajaya, Malaysia, Senin, 30 Juli 2018. REUTERS/Sadiq Asyraf

30 Juli 2018 00:00 WIB