Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Melihat Tradisi Pukul Sapu Negeri Mamala di Maluku Tengah

Editor

Seorang peserta mengayunkan lidi kelawannya saat atraksi Pukul Sapu di Malama, Maluku Tengah, Rabu 12 Juni 2019. Upacara ritual `Ukuwala Mahiate` atau pukul sapu merupakan upacara adat negeri Mamala yang dilaksanakan setiap tahun dilatarbelakangi pembanguan Masjid Mamala. ANTARA Foto/Atika Fauziyyah
Seorang peserta mengayunkan lidi kelawannya saat atraksi Pukul Sapu di Malama, Maluku Tengah, Rabu 12 Juni 2019. Upacara ritual `Ukuwala Mahiate` atau pukul sapu merupakan upacara adat negeri Mamala yang dilaksanakan setiap tahun dilatarbelakangi pembanguan Masjid Mamala. ANTARA Foto/Atika Fauziyyah

29 Juni 2019 00:00 WIB

Sejumlah peserta mempersiapkan lidi / tulang daun dari pelepah pohon Aren untuk atraksi Pukul Sapu di Malama, Maluku Tengah, Rabu 12 Juni 2019. Kata ukuwala diambil dari bahasa negeri Mamala yang artinya sapu lidi sedangkan Mahiate artinya baku pukul. Jadi arti dari ukuwala mahiate adalah baku pukul sapu lidi disebut juga pukul menyapu. ANTARA Atika Fauziyyah
Sejumlah peserta mempersiapkan lidi / tulang daun dari pelepah pohon Aren untuk atraksi Pukul Sapu di Malama, Maluku Tengah, Rabu 12 Juni 2019. Kata ukuwala diambil dari bahasa negeri Mamala yang artinya sapu lidi sedangkan Mahiate artinya baku pukul. Jadi arti dari ukuwala mahiate adalah baku pukul sapu lidi disebut juga pukul menyapu. ANTARA Atika Fauziyyah

29 Juni 2019 00:00 WIB

Sejumlah peserta bersiap mengikuti atraksi Pukul Sapu di Malama, Maluku Tengah, Rabu 12 Juni 2019. Ukuwala Mahiate diikuti 20 peserta dari kedua desa yang saling berhadapan dengan memegang sapu lidi di kedua tangan. Kedua kelompok mulai saling mengayunkan lidi saat suling mulai ditiup. Hingga akhir pertandingan tidak nampak rasa sakit yang dirasakan. ANTARA FOTO/Atika Fauziyyah
Sejumlah peserta bersiap mengikuti atraksi Pukul Sapu di Malama, Maluku Tengah, Rabu 12 Juni 2019. Ukuwala Mahiate diikuti 20 peserta dari kedua desa yang saling berhadapan dengan memegang sapu lidi di kedua tangan. Kedua kelompok mulai saling mengayunkan lidi saat suling mulai ditiup. Hingga akhir pertandingan tidak nampak rasa sakit yang dirasakan. ANTARA FOTO/Atika Fauziyyah

29 Juni 2019 00:00 WIB

Seorang pemuka adat mengambil minyak Mamala atau Tasala untuk dibawa ke rumah raja dan dibacakan doa di Malama, Maluku Tengah, Selasa 11 Juni 2019. Ketika pertempuran selesai, pemuda kedua desa tersebut menggobati lukanya dengan menggunakan getah pohon jarak. Ada juga yang mengoleskan minyak 'nyualaing matetu' (minyak tasala) dimana mujarab untuk mengobati patah tulang dan luka memar. ANTARA FOTO/Atika Fauziyyah
Seorang pemuka adat mengambil minyak Mamala atau Tasala untuk dibawa ke rumah raja dan dibacakan doa di Malama, Maluku Tengah, Selasa 11 Juni 2019. Ketika pertempuran selesai, pemuda kedua desa tersebut menggobati lukanya dengan menggunakan getah pohon jarak. Ada juga yang mengoleskan minyak 'nyualaing matetu' (minyak tasala) dimana mujarab untuk mengobati patah tulang dan luka memar. ANTARA FOTO/Atika Fauziyyah

29 Juni 2019 00:00 WIB

Seorang tokoh agama di Negeri Mamala memoleskan minyak Mamala yang dipercaya dapat menyembuhkan bekas luka sabetan lidi dari Atraksi Pukul Sapu di Malama, Maluku Tengah, Selasa 11 Juni 2019. Nilai filosofis dari upacara tersebut yaitu persaudaraan tidak memandang Suku, Agama dan Ras. Sakit di kuku, rasa di daging yang artinya rasa senang maupun rasa sakit dapat dirasakan bersama demi terwujudnya kehidupan yang harmonis antar sesama. ANTARA FOTO/Atika Fauziyyah
Seorang tokoh agama di Negeri Mamala memoleskan minyak Mamala yang dipercaya dapat menyembuhkan bekas luka sabetan lidi dari Atraksi Pukul Sapu di Malama, Maluku Tengah, Selasa 11 Juni 2019. Nilai filosofis dari upacara tersebut yaitu persaudaraan tidak memandang Suku, Agama dan Ras. Sakit di kuku, rasa di daging yang artinya rasa senang maupun rasa sakit dapat dirasakan bersama demi terwujudnya kehidupan yang harmonis antar sesama. ANTARA FOTO/Atika Fauziyyah

29 Juni 2019 00:00 WIB

Seorang peserta menahan pukulan lidi daripeserta lain saat atraksi Pukul Sapu di Malama, Maluku Tengah, Rabu 12 Juni 2019. Namun, ada cerita yang juga berkembang bahwa asal tradisi itu berawal dari sejarah masyarakat di Maluku Tengah saat bertempur mempertahankan Benteng Kapapaha dari serbuan Penjajah meskipun perjuangan mereka gagal dan Benteng Kapapaha tetap jatuh ke tangan penjajah yang dipimpin oleh Kapiten Telukabessy. ANTARA FOTO/Atika Fauziyyah
Seorang peserta menahan pukulan lidi daripeserta lain saat atraksi Pukul Sapu di Malama, Maluku Tengah, Rabu 12 Juni 2019. Namun, ada cerita yang juga berkembang bahwa asal tradisi itu berawal dari sejarah masyarakat di Maluku Tengah saat bertempur mempertahankan Benteng Kapapaha dari serbuan Penjajah meskipun perjuangan mereka gagal dan Benteng Kapapaha tetap jatuh ke tangan penjajah yang dipimpin oleh Kapiten Telukabessy. ANTARA FOTO/Atika Fauziyyah

29 Juni 2019 00:00 WIB