Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Aksi Gerakan Menolak Omnibus Law RUU Cipta Kerja di Depan DPR

Editor

Sejumlah aktivis memegang cermin saat menggelar aksi di depan Gedung DPR, Jakarta, Selasa, 14 Juli 2010. Aksi dari gerakan #BersihkanIndonesia tersebut menolak Omnibus Law Rancangan Undang-Undang (RUU) Cipta Kerja dengan membawa cermin yang memantulkan cahaya matahri ke gedung DPR sebagai simbolisasi bahwa legislator yang seharusnya mewakili rakyat telah disilaukan oleh kepentingan oligarki tambang. TEMPO/M Taufan Rengganis
Sejumlah aktivis memegang cermin saat menggelar aksi di depan Gedung DPR, Jakarta, Selasa, 14 Juli 2010. Aksi dari gerakan #BersihkanIndonesia tersebut menolak Omnibus Law Rancangan Undang-Undang (RUU) Cipta Kerja dengan membawa cermin yang memantulkan cahaya matahri ke gedung DPR sebagai simbolisasi bahwa legislator yang seharusnya mewakili rakyat telah disilaukan oleh kepentingan oligarki tambang. TEMPO/M Taufan Rengganis

14 Juli 2020 00:00 WIB

Sejumlah aktivis memegang cermin saat menggelar aksi di depan Gedung DPR, Jakarta, Selasa, 14 Juli 2010. Aksi dari gerakan #BersihkanIndonesia tersebut menolak Omnibus Law Rancangan Undang-Undang (RUU) Cipta Kerja dengan membawa cermin yang memantulkan cahaya matahri ke gedung DPR sebagai simbolisasi bahwa legislator yang seharusnya mewakili rakyat telah disilaukan oleh kepentingan oligarki tambang. TEMPO/M Taufan Rengganis
Sejumlah aktivis memegang cermin saat menggelar aksi di depan Gedung DPR, Jakarta, Selasa, 14 Juli 2010. Aksi dari gerakan #BersihkanIndonesia tersebut menolak Omnibus Law Rancangan Undang-Undang (RUU) Cipta Kerja dengan membawa cermin yang memantulkan cahaya matahri ke gedung DPR sebagai simbolisasi bahwa legislator yang seharusnya mewakili rakyat telah disilaukan oleh kepentingan oligarki tambang. TEMPO/M Taufan Rengganis

14 Juli 2020 00:00 WIB

Sejumlah aktivis memegang cermin dan poster saat menggelar aksi di depan Gedung DPR, Jakarta, Selasa, 14 Juli 2010. Aksi dari gerakan #BersihkanIndonesia tersebut menolak Omnibus Law Rancangan Undang-Undang (RUU) Cipta Kerja dengan membawa cermin yang memantulkan cahaya matahri ke gedung DPR sebagai simbolisasi bahwa legislator yang seharusnya mewakili rakyat telah disilaukan oleh kepentingan oligarki tambang. TEMPO/M Taufan Rengganis
Sejumlah aktivis memegang cermin dan poster saat menggelar aksi di depan Gedung DPR, Jakarta, Selasa, 14 Juli 2010. Aksi dari gerakan #BersihkanIndonesia tersebut menolak Omnibus Law Rancangan Undang-Undang (RUU) Cipta Kerja dengan membawa cermin yang memantulkan cahaya matahri ke gedung DPR sebagai simbolisasi bahwa legislator yang seharusnya mewakili rakyat telah disilaukan oleh kepentingan oligarki tambang. TEMPO/M Taufan Rengganis

14 Juli 2020 00:00 WIB

Sejumlah aktivis membentangkan poster saat menggelar aksi di depan Gedung DPR, Jakarta, Selasa, 14 Juli 2010. Aksi dari gerakan #BersihkanIndonesia tersebut menolak Omnibus Law Rancangan Undang-Undang (RUU) Cipta Kerja dengan membawa cermin yang memantulkan cahaya matahri ke gedung DPR sebagai simbolisasi bahwa legislator yang seharusnya mewakili rakyat telah disilaukan oleh kepentingan oligarki tambang. TEMPO/M Taufan Rengganis
Sejumlah aktivis membentangkan poster saat menggelar aksi di depan Gedung DPR, Jakarta, Selasa, 14 Juli 2010. Aksi dari gerakan #BersihkanIndonesia tersebut menolak Omnibus Law Rancangan Undang-Undang (RUU) Cipta Kerja dengan membawa cermin yang memantulkan cahaya matahri ke gedung DPR sebagai simbolisasi bahwa legislator yang seharusnya mewakili rakyat telah disilaukan oleh kepentingan oligarki tambang. TEMPO/M Taufan Rengganis

14 Juli 2020 00:00 WIB

Sejumlah aktivis memegang cermin saat menggelar aksi di depan Gedung DPR, Jakarta, Selasa, 14 Juli 2010. Aksi dari gerakan #BersihkanIndonesia tersebut menolak Omnibus Law Rancangan Undang-Undang (RUU) Cipta Kerja dengan membawa cermin yang memantulkan cahaya matahri ke gedung DPR sebagai simbolisasi bahwa legislator yang seharusnya mewakili rakyat telah disilaukan oleh kepentingan oligarki tambang. TEMPO/M Taufan Rengganis
Sejumlah aktivis memegang cermin saat menggelar aksi di depan Gedung DPR, Jakarta, Selasa, 14 Juli 2010. Aksi dari gerakan #BersihkanIndonesia tersebut menolak Omnibus Law Rancangan Undang-Undang (RUU) Cipta Kerja dengan membawa cermin yang memantulkan cahaya matahri ke gedung DPR sebagai simbolisasi bahwa legislator yang seharusnya mewakili rakyat telah disilaukan oleh kepentingan oligarki tambang. TEMPO/M Taufan Rengganis

14 Juli 2020 00:00 WIB

Sejumlah aktivis memegang cermin dan poster saat menggelar aksi di depan Gedung DPR, Jakarta, Selasa, 14 Juli 2010. Aksi dari gerakan #BersihkanIndonesia tersebut menolak Omnibus Law Rancangan Undang-Undang (RUU) Cipta Kerja dengan membawa cermin yang memantulkan cahaya matahri ke gedung DPR sebagai simbolisasi bahwa legislator yang seharusnya mewakili rakyat telah disilaukan oleh kepentingan oligarki tambang. TEMPO/M Taufan Rengganis
Sejumlah aktivis memegang cermin dan poster saat menggelar aksi di depan Gedung DPR, Jakarta, Selasa, 14 Juli 2010. Aksi dari gerakan #BersihkanIndonesia tersebut menolak Omnibus Law Rancangan Undang-Undang (RUU) Cipta Kerja dengan membawa cermin yang memantulkan cahaya matahri ke gedung DPR sebagai simbolisasi bahwa legislator yang seharusnya mewakili rakyat telah disilaukan oleh kepentingan oligarki tambang. TEMPO/M Taufan Rengganis

14 Juli 2020 00:00 WIB