Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Saat Putri Duyung Terdampar untuk Protes Penggunaan Pukat di Inggris

Aktivis Ocean Rebellion menggelar demonstrasi di luar Department for Environment, Food and Rural Affairs (DEFRA) di London, Inggris, 15 September 2021. Dengan mengenakan kostum putri duyung, demonstran berbaring untuk menyimbolkan kerusakan lingkungan akibat penggunaan bottom trawling. REUTERS/Hannah McKay
Aktivis Ocean Rebellion menggelar demonstrasi di luar Department for Environment, Food and Rural Affairs (DEFRA) di London, Inggris, 15 September 2021. Dengan mengenakan kostum putri duyung, demonstran berbaring untuk menyimbolkan kerusakan lingkungan akibat penggunaan bottom trawling. REUTERS/Hannah McKay

16 September 2021 00:00 WIB

Aktivis Ocean Rebellion menggelar demonstrasi di luar Department for Environment, Food and Rural Affairs (DEFRA) di London, Inggris, 15 September 2021. Ocean Rebellion ingin mengakhiri penggunaan pukat yang menyeret jaring di dasar laut, karena menghancurkan kehidupan laut. REUTERS/Hannah McKay
Aktivis Ocean Rebellion menggelar demonstrasi di luar Department for Environment, Food and Rural Affairs (DEFRA) di London, Inggris, 15 September 2021. Ocean Rebellion ingin mengakhiri penggunaan pukat yang menyeret jaring di dasar laut, karena menghancurkan kehidupan laut. REUTERS/Hannah McKay

16 September 2021 00:00 WIB

Aktivis Ocean Rebellion menggelar demonstrasi di luar Department for Environment, Food and Rural Affairs (DEFRA) di London, Inggris, 15 September 2021. Mereka menyebut penggunaan pukat menghasilkan lebih banyak CO2 daripada penerbangan global hanya untuk keuntungan ekonomi kecil. REUTERS/Hannah McKay
Aktivis Ocean Rebellion menggelar demonstrasi di luar Department for Environment, Food and Rural Affairs (DEFRA) di London, Inggris, 15 September 2021. Mereka menyebut penggunaan pukat menghasilkan lebih banyak CO2 daripada penerbangan global hanya untuk keuntungan ekonomi kecil. REUTERS/Hannah McKay

16 September 2021 00:00 WIB

Pejalan kaki melintas saat aktivis Ocean Rebellion menggelar demonstrasi di luar Department for Environment, Food and Rural Affairs (DEFRA) di London, Inggris, 15 September 2021. Aktivis membawa perahu pukat ikan dan jaring serta membunyikan klakson di luar kantor departemen yang bertanggung jawab atas kebijakan perikanan Inggris.  REUTERS/Hannah McKay
Pejalan kaki melintas saat aktivis Ocean Rebellion menggelar demonstrasi di luar Department for Environment, Food and Rural Affairs (DEFRA) di London, Inggris, 15 September 2021. Aktivis membawa perahu pukat ikan dan jaring serta membunyikan klakson di luar kantor departemen yang bertanggung jawab atas kebijakan perikanan Inggris. REUTERS/Hannah McKay

16 September 2021 00:00 WIB

Reaksi polisi saat aktivis Ocean Rebellion menggelar demonstrasi di luar Department for Environment, Food and Rural Affairs (DEFRA) di London, Inggris, 15 September 2021. REUTERS/Hannah McKay
Reaksi polisi saat aktivis Ocean Rebellion menggelar demonstrasi di luar Department for Environment, Food and Rural Affairs (DEFRA) di London, Inggris, 15 September 2021. REUTERS/Hannah McKay

16 September 2021 00:00 WIB

Aktivis Ocean Rebellion menggelar demonstrasi menolak penggunaan pukat dasar laut di luar Department for Environment, Food and Rural Affairs (DEFRA) di London, Inggris, 15 September 2021.  REUTERS/Hannah McKay
Aktivis Ocean Rebellion menggelar demonstrasi menolak penggunaan pukat dasar laut di luar Department for Environment, Food and Rural Affairs (DEFRA) di London, Inggris, 15 September 2021. REUTERS/Hannah McKay

16 September 2021 00:00 WIB