Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Intip Laboratorium Penelitian Virus Zika di Yogyakarta

Seorang petugas laboratorium melakukan uji coba bakteri yang dipercaya dapat mengurangi penyebaran virus melalui nyamuk dan virus Zika ke manusia di Eliminate Dengue Program (EDP), Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 5 Februari 2016. Di REUTERS/Darren Whiteside
Seorang petugas laboratorium melakukan uji coba bakteri yang dipercaya dapat mengurangi penyebaran virus melalui nyamuk dan virus Zika ke manusia di Eliminate Dengue Program (EDP), Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 5 Februari 2016. Di REUTERS/Darren Whiteside

6 Februari 2016 00:00 WIB

Seorang sukarelawan memberi makan nyamuk untuk melakukan penelitian di Eliminate Dengue Program (EDP), Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 5 Februari 2016. REUTERS/Darren Whiteside
Seorang sukarelawan memberi makan nyamuk untuk melakukan penelitian di Eliminate Dengue Program (EDP), Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 5 Februari 2016. REUTERS/Darren Whiteside

6 Februari 2016 00:00 WIB

Adi Utarini, pemimpin proyek Eliminate Dengue Program (EDP), berpose didalam ruangan saat membawa bakteri Wolbachia di Yogyakarta, 5 Februari 2016. REUTERS/Darren Whiteside
Adi Utarini, pemimpin proyek Eliminate Dengue Program (EDP), berpose didalam ruangan saat membawa bakteri Wolbachia di Yogyakarta, 5 Februari 2016. REUTERS/Darren Whiteside

6 Februari 2016 00:00 WIB

Seorang sukarelawan rela tangannya digigit nyamuk untuk melakukan penelitian di Eliminate Dengue Program (EDP), Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 5 Februari 2016. Zika menyebar di kawasan Amerika Latin, dikaitkan dengan microcephaly atau kelahiran bayi dengan ukuran otak lebih kecil. REUTERS/Darren Whiteside
Seorang sukarelawan rela tangannya digigit nyamuk untuk melakukan penelitian di Eliminate Dengue Program (EDP), Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 5 Februari 2016. Zika menyebar di kawasan Amerika Latin, dikaitkan dengan microcephaly atau kelahiran bayi dengan ukuran otak lebih kecil. REUTERS/Darren Whiteside

6 Februari 2016 00:00 WIB

Seorang petugas laboratorium melakukan uji coba bakteri yang dipercaya dapat mengurangi penyebaran virus melalui nyamuk dan virus Zika ke manusia di Eliminate Dengue Program (EDP), Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 5 Februari 2016. Di Brasil sebanyak 4.000 bayi lahir dengan microcephaly, yang mampu menghambat perkembangannya. REUTERS/Darren Whiteside
Seorang petugas laboratorium melakukan uji coba bakteri yang dipercaya dapat mengurangi penyebaran virus melalui nyamuk dan virus Zika ke manusia di Eliminate Dengue Program (EDP), Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 5 Februari 2016. Di Brasil sebanyak 4.000 bayi lahir dengan microcephaly, yang mampu menghambat perkembangannya. REUTERS/Darren Whiteside

6 Februari 2016 00:00 WIB

Seorang petugas laboratorium mengumpulkan nyamuuk lokal untuk dilakukan pengujian bakteri yang dipercaya dapat mengurangi penyebaran virus melalui nyamuk dan virus Zika ke manusia di Eliminate Dengue Program (EDP), Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 5 February 2016. Virus Zika menjadi mimpi buruk warga Brasil, dimana lebih dari 4.000 bayi lahir dengan microcephaly. REUTERS/Darren Whiteside
Seorang petugas laboratorium mengumpulkan nyamuuk lokal untuk dilakukan pengujian bakteri yang dipercaya dapat mengurangi penyebaran virus melalui nyamuk dan virus Zika ke manusia di Eliminate Dengue Program (EDP), Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 5 February 2016. Virus Zika menjadi mimpi buruk warga Brasil, dimana lebih dari 4.000 bayi lahir dengan microcephaly. REUTERS/Darren Whiteside

6 Februari 2016 00:00 WIB