Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Saksi Mata Pembantaian Anti-Komunis Tunjukkan Kuburan Para Korban

Sukar, 83 tahun, seorang warga yang menjadi saksi pembantaian anti-komunis di Indonesia, mengambil payung dekat dengan poster Presiden pertama Soekarno di dalam rumahnya di desa Plumbon, Semarang, Jawa Tengah, 3 Mei 2016. (Ulet Ifansasti/Getty Images)
Sukar, 83 tahun, seorang warga yang menjadi saksi pembantaian anti-komunis di Indonesia, mengambil payung dekat dengan poster Presiden pertama Soekarno di dalam rumahnya di desa Plumbon, Semarang, Jawa Tengah, 3 Mei 2016. (Ulet Ifansasti/Getty Images)

6 Mei 2016 00:00 WIB

Supar, 75 tahun, seorang warga yang menjadi saksi atas pembantaian anti-komunis di Indonesia, duduk di dalam rumahnya di desa Wonosari di Semarang, Jawa Tengah, 3 Mei 2016. Supar merupakan sebagian warga yang berhasil selamat dari aksi pembantaian anti-komunis. (Ulet Ifansasti/Getty Images)
Supar, 75 tahun, seorang warga yang menjadi saksi atas pembantaian anti-komunis di Indonesia, duduk di dalam rumahnya di desa Wonosari di Semarang, Jawa Tengah, 3 Mei 2016. Supar merupakan sebagian warga yang berhasil selamat dari aksi pembantaian anti-komunis. (Ulet Ifansasti/Getty Images)

6 Mei 2016 00:00 WIB

Sukar, (83) menunjukkan batu nisan yang dipasang oleh para aktivis dan keluarga korban di situs yang diyakini sebagai tempat dikuburnya sejumlah korban di desa Plumbon, Semarang, Jawa Tengah, 3 Mei 2016. Sukar diperintahkan untuk menjaga kuburan sejumlah korban pembantaian, yang diduga mempunyai hubungan dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). (Ulet Ifansasti/Getty Images)
Sukar, (83) menunjukkan batu nisan yang dipasang oleh para aktivis dan keluarga korban di situs yang diyakini sebagai tempat dikuburnya sejumlah korban di desa Plumbon, Semarang, Jawa Tengah, 3 Mei 2016. Sukar diperintahkan untuk menjaga kuburan sejumlah korban pembantaian, yang diduga mempunyai hubungan dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). (Ulet Ifansasti/Getty Images)

6 Mei 2016 00:00 WIB

Sukar (83), membersihkan sampah-sampah yang menumpuk di dekat batu nisan yang dipasang oleh para aktivis dan keluarga korban pembataian di desa Plumbon, Semarang, Jawa Tengah, 3 Mei 2016. Selamat dari pembantaian anti-komunis, Sukar menyerukan penyelidikan pembersihan negara. (Ulet Ifansasti/Getty Images)
Sukar (83), membersihkan sampah-sampah yang menumpuk di dekat batu nisan yang dipasang oleh para aktivis dan keluarga korban pembataian di desa Plumbon, Semarang, Jawa Tengah, 3 Mei 2016. Selamat dari pembantaian anti-komunis, Sukar menyerukan penyelidikan pembersihan negara. (Ulet Ifansasti/Getty Images)

6 Mei 2016 00:00 WIB

Kerabat mengunjungi situs yang diyakini sebagai pemakaman bagi korban pembantaian anti-komunis di Indonesia, di desa Plumbon, Semarang, Jawa Tengah, 3 Mei 2016. Para saksi menyatakan, bahwa sekitar setengah juta sampai satu juta orang meninggal atas aksi pembantaian anti-komunis pada Oktober 1965. (Ulet Ifansasti/Getty Images)
Kerabat mengunjungi situs yang diyakini sebagai pemakaman bagi korban pembantaian anti-komunis di Indonesia, di desa Plumbon, Semarang, Jawa Tengah, 3 Mei 2016. Para saksi menyatakan, bahwa sekitar setengah juta sampai satu juta orang meninggal atas aksi pembantaian anti-komunis pada Oktober 1965. (Ulet Ifansasti/Getty Images)

6 Mei 2016 00:00 WIB

Sebuah nisan yang dipasang oleh para aktivis dan keluarga korban pembantaian anti-komunis di Indonesia, berada di sekitar pemakaman di dalam hutan jati di desa Plumbon, Semarang, Jawa Tengah, 3 Mei 2016. (Ulet Ifansasti/Getty Images)
Sebuah nisan yang dipasang oleh para aktivis dan keluarga korban pembantaian anti-komunis di Indonesia, berada di sekitar pemakaman di dalam hutan jati di desa Plumbon, Semarang, Jawa Tengah, 3 Mei 2016. (Ulet Ifansasti/Getty Images)

6 Mei 2016 00:00 WIB