Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Uniknya Aktivitas Menenun di Bawah Rumah Panggung

Seorang anak menemani ibunya  saat menenun kain sutera dengan alat gedogan di bawah rumah  panggung desa Buloe. Wajo, Sulawesi Selatan, 7 Mei 2015.TEMPO/Iqbal Lubis
Seorang anak menemani ibunya saat menenun kain sutera dengan alat gedogan di bawah rumah panggung desa Buloe. Wajo, Sulawesi Selatan, 7 Mei 2015.TEMPO/Iqbal Lubis

8 Mei 2015 00:00 WIB

Pada tenunan sutra tradisional Gedogan di Kabupaten Wajo, ragam hias terbagi dua jenis. Yaitu ragam hias pada jalur benang pakan, yang berarti ragam hias melingkar, serta ragam hias pada jalur benang lungsi, yang berarti ragam hias berdiri. Wajo, Sulawesi Selatan, 7 Mei 2015.TEMPO/Iqbal Lubis
Pada tenunan sutra tradisional Gedogan di Kabupaten Wajo, ragam hias terbagi dua jenis. Yaitu ragam hias pada jalur benang pakan, yang berarti ragam hias melingkar, serta ragam hias pada jalur benang lungsi, yang berarti ragam hias berdiri. Wajo, Sulawesi Selatan, 7 Mei 2015.TEMPO/Iqbal Lubis

8 Mei 2015 00:00 WIB

Dua orang Ibu rumah tangga saat menenun kain sutera. Gedogan atau biasa diistilahkan dengan tenun duduk (dalam bahasa lokal: tennungwalida), yang sudah jarang di gunakan sejak munculnya ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) yang lebih praktis karena dilakukan dengan posisi duduk, dengan  cara menginjak sepasang pedal kayu. Wajo, Sulawesi Selatan, 7 Mei 2015.TEMPO/Iqbal Lubis
Dua orang Ibu rumah tangga saat menenun kain sutera. Gedogan atau biasa diistilahkan dengan tenun duduk (dalam bahasa lokal: tennungwalida), yang sudah jarang di gunakan sejak munculnya ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) yang lebih praktis karena dilakukan dengan posisi duduk, dengan cara menginjak sepasang pedal kayu. Wajo, Sulawesi Selatan, 7 Mei 2015.TEMPO/Iqbal Lubis

8 Mei 2015 00:00 WIB

Dua orang Ibu rumah tangga saat menenun kain sutera, aktifitas seperti ini sudah jarang terlihat lagi, karena minimnya minat menenun dan memilih untuk berkebun dan bertani. Wajo, Sulawesi Selatan, 7 Mei 2015.TEMPO/Iqbal Lubis
Dua orang Ibu rumah tangga saat menenun kain sutera, aktifitas seperti ini sudah jarang terlihat lagi, karena minimnya minat menenun dan memilih untuk berkebun dan bertani. Wajo, Sulawesi Selatan, 7 Mei 2015.TEMPO/Iqbal Lubis

8 Mei 2015 00:00 WIB

Nur Cahya (49), menenun sutera dengan posisi duduk bersila (kaki dilipat) menggunakan alat gedogan di bawah rumah panggung desa Buloe kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo, 7 Mei 2015.TEMPO/Iqbal Lubis
Nur Cahya (49), menenun sutera dengan posisi duduk bersila (kaki dilipat) menggunakan alat gedogan di bawah rumah panggung desa Buloe kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo, 7 Mei 2015.TEMPO/Iqbal Lubis

8 Mei 2015 00:00 WIB

Husna (40), memasang alat gedogan ditemani anaknya di bawah rumah desa Buloe, kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo, 7 Mei 2015. Sebagian perempuan di kabupaten Wajo, beraktifitas menenun sutera di bawah rumah sambil bercengkrama. Hal ini pula yang membuat Wajo disebut sebagai Kota Sutera.TEMPO/Iqbal lubis
Husna (40), memasang alat gedogan ditemani anaknya di bawah rumah desa Buloe, kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo, 7 Mei 2015. Sebagian perempuan di kabupaten Wajo, beraktifitas menenun sutera di bawah rumah sambil bercengkrama. Hal ini pula yang membuat Wajo disebut sebagai Kota Sutera.TEMPO/Iqbal lubis

8 Mei 2015 00:00 WIB