Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Merawat Tradisi Kapak Batu di Tanah Papua

Editor

Tomako batu, manik-manik dan uang disiapkan pihak Suku Olua (pihak laki-laki) untuk mahar di Kampung Yoka, Kota Jayapura, Papua, 12 Agustus 2020. Dari jaman prasejarah hingga abad ke-20, kapak batu masih menjadi alat potong dan digunakan pula sebagai alat mempertahankan diri dari serangan musuh. ANTARA FOTO/Indrayadi TH
Tomako batu, manik-manik dan uang disiapkan pihak Suku Olua (pihak laki-laki) untuk mahar di Kampung Yoka, Kota Jayapura, Papua, 12 Agustus 2020. Dari jaman prasejarah hingga abad ke-20, kapak batu masih menjadi alat potong dan digunakan pula sebagai alat mempertahankan diri dari serangan musuh. ANTARA FOTO/Indrayadi TH

31 Oktober 2020 00:00 WIB

Perajin melihat batu yang akan dijadikan Tomako Batu di wilayah Sentani, Kota Jayapura, Papua, 12 Agustus 2020. Namun bagi warga dan suku-suku di wilayah Sentani, kapak batu atau tomako batu tersebut sudah tidak memiliki fungsi sebagai alat potong tetapi sebagai fungsi sosial dalam kebudayaan masyarakat setempat yaitu sebagai alat pembayaran maskawin, alat bayar denda, atau sebagai pemberian (hadiah) kepada orang. ANTARA FOTO/Indrayadi TH
Perajin melihat batu yang akan dijadikan Tomako Batu di wilayah Sentani, Kota Jayapura, Papua, 12 Agustus 2020. Namun bagi warga dan suku-suku di wilayah Sentani, kapak batu atau tomako batu tersebut sudah tidak memiliki fungsi sebagai alat potong tetapi sebagai fungsi sosial dalam kebudayaan masyarakat setempat yaitu sebagai alat pembayaran maskawin, alat bayar denda, atau sebagai pemberian (hadiah) kepada orang. ANTARA FOTO/Indrayadi TH

31 Oktober 2020 00:00 WIB

Perajin memotong batu gunakan mesin gurinda tangan di Kampung Yoka, Kota Jayapura, Papua, 12 Agustus 2020. Perajin batu yang masih banyak ditemui di Sentani. Mereka biasanya menyusuri danau Sentani untuk mencari batu yang dijadikan tomako batu. Untuk mahar atau maskawin, ukuran batu sekitar 10-30 cm. Jumlah kapak batu yang digunakan sebagai alat bayar bisa mencapai ratusan yang diserahkan pihak keluarga laki-laki kepada pihak perempuan dan ditambah dengan uang. ANTARA FOTO/Indrayadi TH
Perajin memotong batu gunakan mesin gurinda tangan di Kampung Yoka, Kota Jayapura, Papua, 12 Agustus 2020. Perajin batu yang masih banyak ditemui di Sentani. Mereka biasanya menyusuri danau Sentani untuk mencari batu yang dijadikan tomako batu. Untuk mahar atau maskawin, ukuran batu sekitar 10-30 cm. Jumlah kapak batu yang digunakan sebagai alat bayar bisa mencapai ratusan yang diserahkan pihak keluarga laki-laki kepada pihak perempuan dan ditambah dengan uang. ANTARA FOTO/Indrayadi TH

31 Oktober 2020 00:00 WIB

Seorang mama dari pihak perempuan Suku Mebri (kanan) meminta nilai mahar dinaikkan di Kampung Yoka, Kota Jayapura, Papua, 12 Agustus 2020. Menurut salah satu perajin batu, Edwin Epaa (41), keistimewaan tomako batu adalah warna sesuai dengan aslinya tanpa ada pengecatan setelah dihaluskan untuk maskawin. Dalam pemilihan jenis batu, harus benar-benar yang berkualitas dan tidak asal-asalan karena tomako batu itu dipakai sebagai harta turun-temurun. ANTARA FOTO/Indrayadi TH
Seorang mama dari pihak perempuan Suku Mebri (kanan) meminta nilai mahar dinaikkan di Kampung Yoka, Kota Jayapura, Papua, 12 Agustus 2020. Menurut salah satu perajin batu, Edwin Epaa (41), keistimewaan tomako batu adalah warna sesuai dengan aslinya tanpa ada pengecatan setelah dihaluskan untuk maskawin. Dalam pemilihan jenis batu, harus benar-benar yang berkualitas dan tidak asal-asalan karena tomako batu itu dipakai sebagai harta turun-temurun. ANTARA FOTO/Indrayadi TH

31 Oktober 2020 00:00 WIB

Tomako batu dan manik-manik yang telah siap dijadikan mahar atau maskawin di Kampung Yoka, Kota Jayapura, Papua, 12 Agustus 2020. Terdapat 10 jenis tomako batu yang dianggap sebagai harta sekaligus harga diri dari Suku Mebri, yakni allowae hawa phu, alowae? nokom phu, alowae Hebhe, yengge fee, khonge, raeme yalobho, penkhu, yanjang bhulu, angguangge ro, hawa bhu. ANTARA FOTO/Indrayadi TH
Tomako batu dan manik-manik yang telah siap dijadikan mahar atau maskawin di Kampung Yoka, Kota Jayapura, Papua, 12 Agustus 2020. Terdapat 10 jenis tomako batu yang dianggap sebagai harta sekaligus harga diri dari Suku Mebri, yakni allowae hawa phu, alowae? nokom phu, alowae Hebhe, yengge fee, khonge, raeme yalobho, penkhu, yanjang bhulu, angguangge ro, hawa bhu. ANTARA FOTO/Indrayadi TH

31 Oktober 2020 00:00 WIB

Keluarga Suku Olua (pihak laki-laki) menyiapkan uang untuk dibayar bersamaan dengan tomako batu kepada Suku Mebri (pihak perempuan) di Kampung Yoka, Kota Jayapura, Papua, 12 Agustus 2020. Selain itu ada manik-manik yang terdiri tiga pasang. Warna kuning disebut Hate, warna biru Nokho dan warna hijau adalah Hawa dengan bahan pengikat manik-manik biasanya dari serat kayu. ANTARA FOTO/Indrayadi TH
Keluarga Suku Olua (pihak laki-laki) menyiapkan uang untuk dibayar bersamaan dengan tomako batu kepada Suku Mebri (pihak perempuan) di Kampung Yoka, Kota Jayapura, Papua, 12 Agustus 2020. Selain itu ada manik-manik yang terdiri tiga pasang. Warna kuning disebut Hate, warna biru Nokho dan warna hijau adalah Hawa dengan bahan pengikat manik-manik biasanya dari serat kayu. ANTARA FOTO/Indrayadi TH

31 Oktober 2020 00:00 WIB