Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Puluhan Warga Mengungsi Akibat Kekerasan Anti Imigran

Warga dari Zimbabwe menunggun bus untuk mengungsi akibat terkena dampak kekerasan anti-imigran di Durban, Afrika Selatan, 18 April 2015.  Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma, menghadapi gelombang kekerasan anti-imigran yang berjanji perdamaian bagi mereka. REUTERS/Rogan Ward
Warga dari Zimbabwe menunggun bus untuk mengungsi akibat terkena dampak kekerasan anti-imigran di Durban, Afrika Selatan, 18 April 2015. Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma, menghadapi gelombang kekerasan anti-imigran yang berjanji perdamaian bagi mereka. REUTERS/Rogan Ward

21 April 2015 00:00 WIB

Warga melihat puluhan orang dair Zimbabwe yang mengungsi akibat terkena dampak kekerasan anti-imigran di Durban, Afrika Selatan, 18 April 2015.  Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma, menghadapi gelombang kekerasan anti-imigran yang berjanji perdamaian bagi mereka. REUTERS/Rogan Ward
Warga melihat puluhan orang dair Zimbabwe yang mengungsi akibat terkena dampak kekerasan anti-imigran di Durban, Afrika Selatan, 18 April 2015. Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma, menghadapi gelombang kekerasan anti-imigran yang berjanji perdamaian bagi mereka. REUTERS/Rogan Ward

21 April 2015 00:00 WIB

Warga asing berada dalam bus saat mengungsi akibat terkena dampak kekerasan anti-imigran di Durban, Afrika Selatan, 18 April 2015.  Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma, menghadapi gelombang kekerasan anti-imigran yang berjanji perdamaian bagi mereka. REUTERS/Rogan Ward
Warga asing berada dalam bus saat mengungsi akibat terkena dampak kekerasan anti-imigran di Durban, Afrika Selatan, 18 April 2015. Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma, menghadapi gelombang kekerasan anti-imigran yang berjanji perdamaian bagi mereka. REUTERS/Rogan Ward

21 April 2015 00:00 WIB

Warga asing berbicara dengan rekannya setelah mengungsi akibat dampak kekerasan anti-imigran di Primorse, Afrika Selatan, 18 April 2015.  Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma, menghadapi gelombang kekerasan anti-imigran yang berjanji perdamaian bagi mereka. REUTERS/Siphiwe Sibeko
Warga asing berbicara dengan rekannya setelah mengungsi akibat dampak kekerasan anti-imigran di Primorse, Afrika Selatan, 18 April 2015. Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma, menghadapi gelombang kekerasan anti-imigran yang berjanji perdamaian bagi mereka. REUTERS/Siphiwe Sibeko

21 April 2015 00:00 WIB

Warga asing dari Malawi membawa barang-brang saat akan menaiki bus akibat terkena dampak kekerasan anti-imigran di Durban, Afrika Selatan, 18 April 2015.  Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma, menghadapi gelombang kekerasan anti-imigran yang berjanji perdamaian bagi mereka. REUTERS/Rogan Ward
Warga asing dari Malawi membawa barang-brang saat akan menaiki bus akibat terkena dampak kekerasan anti-imigran di Durban, Afrika Selatan, 18 April 2015. Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma, menghadapi gelombang kekerasan anti-imigran yang berjanji perdamaian bagi mereka. REUTERS/Rogan Ward

21 April 2015 00:00 WIB

Ratusan warga asing dari Malawi mengantri untuk menaiki bus dari kamp akibat terkena dampak kekerasan anti-imigran di Durban, Afrika Selatan, 18 April 2015.  Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma, menghadapi gelombang kekerasan anti-imigran yang berjanji perdamaian bagi mereka. REUTERS/Rogan Ward
Ratusan warga asing dari Malawi mengantri untuk menaiki bus dari kamp akibat terkena dampak kekerasan anti-imigran di Durban, Afrika Selatan, 18 April 2015. Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma, menghadapi gelombang kekerasan anti-imigran yang berjanji perdamaian bagi mereka. REUTERS/Rogan Ward

21 April 2015 00:00 WIB