Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Cara Petani Bangladesh Bercocok Tanam di Tengah Terjangan Perubahan Iklim

Editor

Seorang petani mengairi lahan pertanian apung di distrik Pirojpur, Bangladesh, 16 Agustus 2022. Banyak petani di bagian barat daya Bangladesh menanam bibit tanaman dan menanam sayuran dengan lahan apung di tengah naiknya permukaan air laut dan banjir karena perubahan iklim belakangan ini. REUTERS/Mohammad Ponir Hossain
Seorang petani mengairi lahan pertanian apung di distrik Pirojpur, Bangladesh, 16 Agustus 2022. Banyak petani di bagian barat daya Bangladesh menanam bibit tanaman dan menanam sayuran dengan lahan apung di tengah naiknya permukaan air laut dan banjir karena perubahan iklim belakangan ini. REUTERS/Mohammad Ponir Hossain

22 Oktober 2022 00:00 WIB

Mohammad Ibrahim, 48, membawa bibit labu untuk dijual ke tengkulak, di pertanian terapungnya di distrik Pirojpur, Bangladesh, 15 Agustus 2022. Bangladesh bisa kehilangan lebih dari sepersepuluh daratannya akibat kenaikan permukaan laut dalam dua dekade, dengan perubahan iklim membawa lebih banyak panas dan curah hujan yang ekstrem, banjir, erosi, dan gelombang air asin. REUTERS/Mohammad Ponir Hossain
Mohammad Ibrahim, 48, membawa bibit labu untuk dijual ke tengkulak, di pertanian terapungnya di distrik Pirojpur, Bangladesh, 15 Agustus 2022. Bangladesh bisa kehilangan lebih dari sepersepuluh daratannya akibat kenaikan permukaan laut dalam dua dekade, dengan perubahan iklim membawa lebih banyak panas dan curah hujan yang ekstrem, banjir, erosi, dan gelombang air asin. REUTERS/Mohammad Ponir Hossain

22 Oktober 2022 00:00 WIB

Petani Mohammad Selim, 54, menggantung labu dengan tali ke langit-langit lahan pertanian terapung di distrik Pirojpur, Bangladesh, 23 Maret 2022. Teknik ini digunakan untuk mencegah air pasang menyentuh dan merusak sayuran selama musim kemarau . REUTERS/Mohammad Ponir Hossain
Petani Mohammad Selim, 54, menggantung labu dengan tali ke langit-langit lahan pertanian terapung di distrik Pirojpur, Bangladesh, 23 Maret 2022. Teknik ini digunakan untuk mencegah air pasang menyentuh dan merusak sayuran selama musim kemarau . REUTERS/Mohammad Ponir Hossain

22 Oktober 2022 00:00 WIB

Mohammad Ibrahim, 48, mengairi lahan pertanian apung di distrik Pirojpur, Bangladesh, 16 Agustus 2022. Petani di wilayah ini berinisiatif membuat pertanian apung setelah daratan di sekitar mereka selalu terendam air akibat dari perubahan iklim. REUTERS/Mohammad Ponir Hossain
Mohammad Ibrahim, 48, mengairi lahan pertanian apung di distrik Pirojpur, Bangladesh, 16 Agustus 2022. Petani di wilayah ini berinisiatif membuat pertanian apung setelah daratan di sekitar mereka selalu terendam air akibat dari perubahan iklim. REUTERS/Mohammad Ponir Hossain

22 Oktober 2022 00:00 WIB

Mohammad Ibrahim, 48, mendayung menuju pertanian terapungnya di distrik Pirojpur, Bangladesh, 17 Agustus 2022. Menurut Indeks Risiko Iklim Global, Bangladesh menempati urutan ketujuh untuk negara-negara yang paling terpengaruh oleh cuaca ekstrem dalam dua dekade terakhir. REUTERS/Mohammad Ponir Hossain
Mohammad Ibrahim, 48, mendayung menuju pertanian terapungnya di distrik Pirojpur, Bangladesh, 17 Agustus 2022. Menurut Indeks Risiko Iklim Global, Bangladesh menempati urutan ketujuh untuk negara-negara yang paling terpengaruh oleh cuaca ekstrem dalam dua dekade terakhir. REUTERS/Mohammad Ponir Hossain

22 Oktober 2022 00:00 WIB

Seorang petani menempatkan gulma air di atas akar bibit di lahan terapung di distrik Pirojpur, Bangladesh, 16 Agustus 2022. Lahan pertanian apung mereka buat dengan menumpuk lapisan eceng gondok dan bambu yang diikat bersama oleh akarnya untuk membuat rakit setinggi antara dua dan empat kaki, untuk menanam benih dan menggunakan serpihan kayu dan sabut kelapa sebagai pupuk. REUTERS/Mohammad Ponir Hossain
Seorang petani menempatkan gulma air di atas akar bibit di lahan terapung di distrik Pirojpur, Bangladesh, 16 Agustus 2022. Lahan pertanian apung mereka buat dengan menumpuk lapisan eceng gondok dan bambu yang diikat bersama oleh akarnya untuk membuat rakit setinggi antara dua dan empat kaki, untuk menanam benih dan menggunakan serpihan kayu dan sabut kelapa sebagai pupuk. REUTERS/Mohammad Ponir Hossain

22 Oktober 2022 00:00 WIB