Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tradisi Perang Sampian Untuk Memohon Kesejahteraan Lahir dan Batin

Umat Hindu saling memukul menggunakan sampian atau bagian sesajen berbahan janur dalam tradisi Perang Sampian di Pura Samuan Tiga, Desa Bedulu, Gianyar, Bali, Sabtu 27 April 2024. Tradisi setahun sekali yang digelar secara turun-temurun di desa tersebut merupakan simbol perlawanan dharma (kebaikan) atas adharma (kejahatan) untuk memohon kesejahteraan lahir dan batin kepada Tuhan. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo
Umat Hindu saling memukul menggunakan sampian atau bagian sesajen berbahan janur dalam tradisi Perang Sampian di Pura Samuan Tiga, Desa Bedulu, Gianyar, Bali, Sabtu 27 April 2024. Tradisi setahun sekali yang digelar secara turun-temurun di desa tersebut merupakan simbol perlawanan dharma (kebaikan) atas adharma (kejahatan) untuk memohon kesejahteraan lahir dan batin kepada Tuhan. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo

27 April 2024 00:00 WIB

Umat Hindu saling memukul menggunakan sampian atau bagian sesajen berbahan janur dalam tradisi Perang Sampian di Pura Samuan Tiga, Desa Bedulu, Gianyar, Bali, Sabtu 27 April 2024. Tradisi setahun sekali yang digelar secara turun-temurun di desa tersebut merupakan simbol perlawanan dharma (kebaikan) atas adharma (kejahatan) untuk memohon kesejahteraan lahir dan batin kepada Tuhan. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo
Umat Hindu saling memukul menggunakan sampian atau bagian sesajen berbahan janur dalam tradisi Perang Sampian di Pura Samuan Tiga, Desa Bedulu, Gianyar, Bali, Sabtu 27 April 2024. Tradisi setahun sekali yang digelar secara turun-temurun di desa tersebut merupakan simbol perlawanan dharma (kebaikan) atas adharma (kejahatan) untuk memohon kesejahteraan lahir dan batin kepada Tuhan. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo

27 April 2024 00:00 WIB

Umat Hindu saling berpegangan tangan saat melakukan ritual Maombak-Ombakan dalam rangkaian tradisi Perang Sampian di Pura Samuan Tiga, Desa Bedulu, Gianyar, Bali, Sabtu 27 April 2024. Tradisi setahun sekali yang digelar secara turun-temurun di desa tersebut merupakan simbol perlawanan dharma (kebaikan) atas adharma (kejahatan) untuk memohon kesejahteraan lahir dan batin kepada Tuhan. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo
Umat Hindu saling berpegangan tangan saat melakukan ritual Maombak-Ombakan dalam rangkaian tradisi Perang Sampian di Pura Samuan Tiga, Desa Bedulu, Gianyar, Bali, Sabtu 27 April 2024. Tradisi setahun sekali yang digelar secara turun-temurun di desa tersebut merupakan simbol perlawanan dharma (kebaikan) atas adharma (kejahatan) untuk memohon kesejahteraan lahir dan batin kepada Tuhan. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo

27 April 2024 00:00 WIB

Umat Hindu berkeliling pura sambil menari saat prosesi Nampiog dalam rangkaian tradisi Perang Sampian di Pura Samuan Tiga, Desa Bedulu, Gianyar, Bali, Sabtu 27 April 2024. Tradisi setahun sekali yang digelar secara turun-temurun di desa tersebut merupakan simbol perlawanan dharma (kebaikan) atas adharma (kejahatan) untuk memohon kesejahteraan lahir dan batin kepada Tuhan. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo
Umat Hindu berkeliling pura sambil menari saat prosesi Nampiog dalam rangkaian tradisi Perang Sampian di Pura Samuan Tiga, Desa Bedulu, Gianyar, Bali, Sabtu 27 April 2024. Tradisi setahun sekali yang digelar secara turun-temurun di desa tersebut merupakan simbol perlawanan dharma (kebaikan) atas adharma (kejahatan) untuk memohon kesejahteraan lahir dan batin kepada Tuhan. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo

27 April 2024 00:00 WIB