Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Warga Rohingya Lepaskan Rindu Lewat Internet

Sohidar (25 tahun), warga Rohingya berbicara dengan suaminya yang bekerja di Malaysia lewat koneksi internet di desa Thae Chaung, Rakhine, Myanmar, 31 Januari 2015. Pondok berkoneksi internet ini beroperarsi di desa yang ditinggali ribuan pengungsi muslim Rohingya. REUTERS/Minzayar
Sohidar (25 tahun), warga Rohingya berbicara dengan suaminya yang bekerja di Malaysia lewat koneksi internet di desa Thae Chaung, Rakhine, Myanmar, 31 Januari 2015. Pondok berkoneksi internet ini beroperarsi di desa yang ditinggali ribuan pengungsi muslim Rohingya. REUTERS/Minzayar

26 Februari 2015 00:00 WIB

Seorang pria menghubungi kerabatnya di sebuah
Seorang pria menghubungi kerabatnya di sebuah "pondok internet" di desa pengungsian Rohingya, Myanmar, 15 Februari 2015. Operator pondok ini memasang tarif 10 sen permenit bagi warga yang ingin menghubungi keluarganya. REUTERS/Minzayar

26 Februari 2015 00:00 WIB

Warga Rohingya menitikkan air mata saat menghubungi kerabatnya di Bangladesh, dari sebuah pondok internet di Thae Chaung, Myanmar, 30 Januari 2015. Sekitar 200 warga Rohingya tewas dan 140.000 terusir dari rumahnya dalam kerusuhan di tahun 2012.  REUTERS/Minzayar
Warga Rohingya menitikkan air mata saat menghubungi kerabatnya di Bangladesh, dari sebuah pondok internet di Thae Chaung, Myanmar, 30 Januari 2015. Sekitar 200 warga Rohingya tewas dan 140.000 terusir dari rumahnya dalam kerusuhan di tahun 2012. REUTERS/Minzayar

26 Februari 2015 00:00 WIB

Seorang pria berbicara di depan komputer di
Seorang pria berbicara di depan komputer di "pondok internet" di desa Thae Chaung, Myanmar, 15 Februari 2015. Pondok ini sering didatangi warga untuk dapat menghubungi keluarganya yang berada di luar negeri. REUTERS/Minzayar

26 Februari 2015 00:00 WIB

Rahana menangis saat berbicara dengan orang yang menahan putranya lewat internet di desa Thae Chaung,  29 Januari 2015. Putranya yang berusia 12 tahun disekap oleh kelompok perdagangan manusia di perbatasan Thailand-Malaysia. Ia telah mengirimkan uang senilai Rp 14 juta untuk membebaskan anaknya.  REUTERS/Minzayar
Rahana menangis saat berbicara dengan orang yang menahan putranya lewat internet di desa Thae Chaung, 29 Januari 2015. Putranya yang berusia 12 tahun disekap oleh kelompok perdagangan manusia di perbatasan Thailand-Malaysia. Ia telah mengirimkan uang senilai Rp 14 juta untuk membebaskan anaknya. REUTERS/Minzayar

26 Februari 2015 00:00 WIB

Sejumlah orang menunggu di depan pondok internet di desa Thae Chaung, Myanmar, 15 Februari 2015. Banyak dari warga Rohingya meninggalkan desa ini untuk mencari kerja di negara lain.  REUTERS/Minzayar
Sejumlah orang menunggu di depan pondok internet di desa Thae Chaung, Myanmar, 15 Februari 2015. Banyak dari warga Rohingya meninggalkan desa ini untuk mencari kerja di negara lain. REUTERS/Minzayar

26 Februari 2015 00:00 WIB