Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Menyicipi Aroma Kahyangan, Kopi Raykat Asal Banyuwangi

Editor

Petani kopi Jumaira yang berumur 100 tahun menjemur biji kopi di desa Gombengsari, Banyuwangi, 22 Juni 2018. Saat berkunjung ke desa Gombengsari, kita dapat mencium aroma wangi kopi yang tesebar ke seluruh jalan di desa, juga terdengar bunyi sangrai dan tumbukan biji kopi. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
Petani kopi Jumaira yang berumur 100 tahun menjemur biji kopi di desa Gombengsari, Banyuwangi, 22 Juni 2018. Saat berkunjung ke desa Gombengsari, kita dapat mencium aroma wangi kopi yang tesebar ke seluruh jalan di desa, juga terdengar bunyi sangrai dan tumbukan biji kopi. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa

9 Desember 2018 00:00 WIB

Suasana perkebunan kopi di desa Gombengsari, Banyuwangi, Jawa Timur, 22 Juni 2018. Luas perkebunan kopi rakyat di kawasan Gombengsari sekitar 853 hektar yang terletak di dataran tinggi dengan bentuk tanah berbukit di ketinggian 400-600 meter di atas permukaan laut (mdpl) yang menyebabkan daerah tersebut menjadi penghasil kopi robusta dengan kualitas terbaik. AMTARA FOTO/M Agung Rajasa
Suasana perkebunan kopi di desa Gombengsari, Banyuwangi, Jawa Timur, 22 Juni 2018. Luas perkebunan kopi rakyat di kawasan Gombengsari sekitar 853 hektar yang terletak di dataran tinggi dengan bentuk tanah berbukit di ketinggian 400-600 meter di atas permukaan laut (mdpl) yang menyebabkan daerah tersebut menjadi penghasil kopi robusta dengan kualitas terbaik. AMTARA FOTO/M Agung Rajasa

9 Desember 2018 00:00 WIB

Jumaira memilah biji kopi di desa Gombengsari, Banyuwangi, 22 Juni 2018. Sahnawi, pemilik merek kopi Kahyangan dalam menjalankan produksinya turut dibantu ibunya, Jumaira, yang berumur 100 tahun, serta anaknya Rizki. Mereka meneruskan tradisi pembuatan kopi yang menghasilkan kopi bercita rasa tersendiri. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
Jumaira memilah biji kopi di desa Gombengsari, Banyuwangi, 22 Juni 2018. Sahnawi, pemilik merek kopi Kahyangan dalam menjalankan produksinya turut dibantu ibunya, Jumaira, yang berumur 100 tahun, serta anaknya Rizki. Mereka meneruskan tradisi pembuatan kopi yang menghasilkan kopi bercita rasa tersendiri. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa

9 Desember 2018 00:00 WIB

Petani kopi menumbuk biji kopi di desa Gombengsari, Banyuwangi, 22 Juni 2018. Kopi Gombengsari memiliki ciri aroma khas buah kelapa dan cara memasaknya yang berbeda yaitu menyangrai dengan kuali tanah liat dan menumbuk biji kopi dengan kayu hingga jadi bubuk. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
Petani kopi menumbuk biji kopi di desa Gombengsari, Banyuwangi, 22 Juni 2018. Kopi Gombengsari memiliki ciri aroma khas buah kelapa dan cara memasaknya yang berbeda yaitu menyangrai dengan kuali tanah liat dan menumbuk biji kopi dengan kayu hingga jadi bubuk. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa

9 Desember 2018 00:00 WIB

Rizki, putra dari Sahnawi, menyangrai biji kopi di desa Gombengsari, Banyuwangi, 22 Juni 2018. Saat ini Sahnawi secara mandiri anak-anaknya dan pemuda setempat untuk meneruskan dan mencintai kopi dengan mengajarkannya memasak, mengemas dan menjual secara daring serta membuka edukasi wisata proses dan pengolahan kopi untuk wisatawan dalam dan luar negeri. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
Rizki, putra dari Sahnawi, menyangrai biji kopi di desa Gombengsari, Banyuwangi, 22 Juni 2018. Saat ini Sahnawi secara mandiri anak-anaknya dan pemuda setempat untuk meneruskan dan mencintai kopi dengan mengajarkannya memasak, mengemas dan menjual secara daring serta membuka edukasi wisata proses dan pengolahan kopi untuk wisatawan dalam dan luar negeri. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa

9 Desember 2018 00:00 WIB

Sahnawi (kanan) mendampingi putranya Rizki (kiri) saat menyangrai kopi secara manual di desa Gombengsari, Banyuwangi, 22 Juni 2018. Selain kopi yang dipanen dari memetik, warga juga memanen kopi luwak yang dihasilkan secara alami atau liar. Kopi luwak dijual dengan harga 500 ribu per kilonya dan kopi lanang 200 ribu per kilo. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
Sahnawi (kanan) mendampingi putranya Rizki (kiri) saat menyangrai kopi secara manual di desa Gombengsari, Banyuwangi, 22 Juni 2018. Selain kopi yang dipanen dari memetik, warga juga memanen kopi luwak yang dihasilkan secara alami atau liar. Kopi luwak dijual dengan harga 500 ribu per kilonya dan kopi lanang 200 ribu per kilo. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa

9 Desember 2018 00:00 WIB