Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Bayi Berkepala Dua Ini Jadi Korban Perang Saudara di Yaman

Kembar siam yang baru lahir terbaring di inkubator di unit perawatan intensif anak di rumah sakit al-Thawra di Sanaa, Yaman, Rabu, 6 Februari 2019. Bayi bernama Abdul Khaleq dan Abdul Rahim ini meninggal setelah bertahan selama dua pekan. REUTERS/Khaled Abdullah
Kembar siam yang baru lahir terbaring di inkubator di unit perawatan intensif anak di rumah sakit al-Thawra di Sanaa, Yaman, Rabu, 6 Februari 2019. Bayi bernama Abdul Khaleq dan Abdul Rahim ini meninggal setelah bertahan selama dua pekan. REUTERS/Khaled Abdullah

10 Februari 2019 00:00 WIB

Kembar siam Abd al-Khaleq dan Abd al-Rahim terbaring di inkubator di unit perawatan intensif anak di rumah sakit al-Thawra di Sanaa, Yaman, Rabu, 6 Februari 2019. Dokter yang merawat mengatakan kedua bayi ini tidak dapat bertahan hidup dalam sistem kesehatan Yaman yang dilanda perang. REUTERS/Khaled Abdullah
Kembar siam Abd al-Khaleq dan Abd al-Rahim terbaring di inkubator di unit perawatan intensif anak di rumah sakit al-Thawra di Sanaa, Yaman, Rabu, 6 Februari 2019. Dokter yang merawat mengatakan kedua bayi ini tidak dapat bertahan hidup dalam sistem kesehatan Yaman yang dilanda perang. REUTERS/Khaled Abdullah

10 Februari 2019 00:00 WIB

Perawat memeriksa kondisi bayi kembar siam Abdul Khaleq dan Abdul Rahim di rumah sakit al-Thawra di Sanaa, Yaman, Rabu, 6 Februari 2019. Sayangnya keduanya meninggal sebelum sempat mendapatkan perawatan yang lebih baik di luar negeri. REUTERS/Khaled Abdullah
Perawat memeriksa kondisi bayi kembar siam Abdul Khaleq dan Abdul Rahim di rumah sakit al-Thawra di Sanaa, Yaman, Rabu, 6 Februari 2019. Sayangnya keduanya meninggal sebelum sempat mendapatkan perawatan yang lebih baik di luar negeri. REUTERS/Khaled Abdullah

10 Februari 2019 00:00 WIB

Dokter memeriksa film x-ray kembar siam Abdul Khaleq dan Abdul Rahim di rumah sakit al-Thawra di Sanaa, Yaman, Rabu, 6 Februari 2019. Dokter mengatakan operasi pemisahan tidak menjadi opsi karena mereka memiliki dua lengan, dua kaki dan satu alat kelamin. REUTERS/Khaled Abdullah
Dokter memeriksa film x-ray kembar siam Abdul Khaleq dan Abdul Rahim di rumah sakit al-Thawra di Sanaa, Yaman, Rabu, 6 Februari 2019. Dokter mengatakan operasi pemisahan tidak menjadi opsi karena mereka memiliki dua lengan, dua kaki dan satu alat kelamin. REUTERS/Khaled Abdullah

10 Februari 2019 00:00 WIB

Dokter memeriksa kondisi bayi kembar siam Abd al-Khaleq dan Abd al-Rahim di rumah sakit al-Thawra di Sanaa, Yaman, Rabu, 6 Februari 2019. Upaya membawa bayi ini keluar Yaman tidak dapat dilakukan karena bandara di Sanaa yang dikuasai Houthi telah ditutup untuk penerbangan sipil sejak 2015. REUTERS/Khaled Abdullah
Dokter memeriksa kondisi bayi kembar siam Abd al-Khaleq dan Abd al-Rahim di rumah sakit al-Thawra di Sanaa, Yaman, Rabu, 6 Februari 2019. Upaya membawa bayi ini keluar Yaman tidak dapat dilakukan karena bandara di Sanaa yang dikuasai Houthi telah ditutup untuk penerbangan sipil sejak 2015. REUTERS/Khaled Abdullah

10 Februari 2019 00:00 WIB

Ali al-Bahshani, kakek bayi kembar siam Abdul Khaleq dan Abdul Rahim Akram al-Bahshani membawa jenazah cucunya saat akan dimakamkan di Sanaa, Yaman, Ahad, 10 Februari 2019. Perang Yaman yang berlangsung hampir empat tahun telah menewaskan puluhan ribu orang, meruntuhkan ekonomi dan membawa jutaan orang ke ambang kelaparan. REUTERS/Khaled Abdullah
Ali al-Bahshani, kakek bayi kembar siam Abdul Khaleq dan Abdul Rahim Akram al-Bahshani membawa jenazah cucunya saat akan dimakamkan di Sanaa, Yaman, Ahad, 10 Februari 2019. Perang Yaman yang berlangsung hampir empat tahun telah menewaskan puluhan ribu orang, meruntuhkan ekonomi dan membawa jutaan orang ke ambang kelaparan. REUTERS/Khaled Abdullah

10 Februari 2019 00:00 WIB