Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pelita Sang Penjaga Utara Ibu Kota di Pulau Sabira

Editor

Foto udara lansekap Pulau Sabira di tengah Laut Jawa, 21 Juni 2021. Nochtwachter atau Sang Penjaga Utara. Begitulah julukan yang pernah tersematkan pada Pulau Sabira sejak zaman kolonial Belanda karena letaknya di paling utara wilayah Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta. ANTARA FOTO/ADITYA PRADANA PUTRA
Foto udara lansekap Pulau Sabira di tengah Laut Jawa, 21 Juni 2021. Nochtwachter atau Sang Penjaga Utara. Begitulah julukan yang pernah tersematkan pada Pulau Sabira sejak zaman kolonial Belanda karena letaknya di paling utara wilayah Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta. ANTARA FOTO/ADITYA PRADANA PUTRA

31 Juli 2021 00:00 WIB

Mercusuar peninggalan pemerintah kolonial Belanda, Raja Willem III sejak 1869 berdiri kokoh dan berfungsi sebagai rambu lalu lintas laut di sekitar Pulau Sabira sekaligus sebagai menara pemancar sinyal (BTS) 4G dua perusahaan telekomunikasi nasional, di Kepulauan Seribu, Jakarta, 26 Juni 2021. Sejak 1970-an atau masa awal dihuni penduduk pindahan dari Pulau Genteng, Sabira yang kaya akan hasil perikanan laut itu terasa sangat jauh untuk dijangkau. Pengunjung dari daratan Jakarta di Jawa membutuhkan waktu delapan jam perjalanan untuk mencapai pulau dengan mayoritas warga bersuku Bugis itu. ANTARA FOTO/ADITYA PRADANA PUTRA
Mercusuar peninggalan pemerintah kolonial Belanda, Raja Willem III sejak 1869 berdiri kokoh dan berfungsi sebagai rambu lalu lintas laut di sekitar Pulau Sabira sekaligus sebagai menara pemancar sinyal (BTS) 4G dua perusahaan telekomunikasi nasional, di Kepulauan Seribu, Jakarta, 26 Juni 2021. Sejak 1970-an atau masa awal dihuni penduduk pindahan dari Pulau Genteng, Sabira yang kaya akan hasil perikanan laut itu terasa sangat jauh untuk dijangkau. Pengunjung dari daratan Jakarta di Jawa membutuhkan waktu delapan jam perjalanan untuk mencapai pulau dengan mayoritas warga bersuku Bugis itu. ANTARA FOTO/ADITYA PRADANA PUTRA

31 Juli 2021 00:00 WIB

Kapal Chabing Nusantara tujuan Pelabuhan Kaliadem, Cilincing, Jakarta Utara berangkat dari dermaga Pulau Sabira, 21 Juni 2021. Durasi ke Pulau Sabira itu sudah dipangkas menjadi tiga jam perjalanan setelah pemerintah mengoperasikan kapal cepat Chabing Nusantara pada 2019. Tak hanya penumpang, pengiriman logistik hingga keperluan-keperluan lainnya menjadi lebih mudah dilakukan masyarakat Sabira setelah layanan transportasi itu hadir sehingga meningkatkan taraf perekonomian mereka. ANTARA FOTO/ADITYA PRADANA PUTRA
Kapal Chabing Nusantara tujuan Pelabuhan Kaliadem, Cilincing, Jakarta Utara berangkat dari dermaga Pulau Sabira, 21 Juni 2021. Durasi ke Pulau Sabira itu sudah dipangkas menjadi tiga jam perjalanan setelah pemerintah mengoperasikan kapal cepat Chabing Nusantara pada 2019. Tak hanya penumpang, pengiriman logistik hingga keperluan-keperluan lainnya menjadi lebih mudah dilakukan masyarakat Sabira setelah layanan transportasi itu hadir sehingga meningkatkan taraf perekonomian mereka. ANTARA FOTO/ADITYA PRADANA PUTRA

31 Juli 2021 00:00 WIB

Pekerja merawat panel Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkapasitas daya sebesar 400 kilo Watt peak (kWp) di Pulau Sabira, 21 Juni 2021. Pada 2019 Perusahaan Listrik Negara Induk Distribusi (PLN UID) Jakarta Raya mengoperasikan panel-panel Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang lebih ramah lingkungan. ANTARA FOTO/ADITYA PRADANA PUTRA
Pekerja merawat panel Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkapasitas daya sebesar 400 kilo Watt peak (kWp) di Pulau Sabira, 21 Juni 2021. Pada 2019 Perusahaan Listrik Negara Induk Distribusi (PLN UID) Jakarta Raya mengoperasikan panel-panel Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang lebih ramah lingkungan. ANTARA FOTO/ADITYA PRADANA PUTRA

31 Juli 2021 00:00 WIB

Sejumlah pekerja bertugas di instalasi Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik (SPALD) di Pulau Sabira, 21 Juni 2021. Untuk mengatasi permasalahan air bersih, sejak 2019 pemerintah membangun sistem Backrish Water Reverse Osmosis (BWRO) untuk penyediaan air bersih layak minum bagi masyarakat Sabira. Yang terbaru, sejak Maret 2021 pemerintah juga telah mengoperasikan Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik (SPALD) untuk mengurangi pencemaran lingkungan sekaligus menjaga kualitas air permukaan dan air tanah di Sabira. ANTARA FOTO/ADITYA PRADANA PUTRA
Sejumlah pekerja bertugas di instalasi Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik (SPALD) di Pulau Sabira, 21 Juni 2021. Untuk mengatasi permasalahan air bersih, sejak 2019 pemerintah membangun sistem Backrish Water Reverse Osmosis (BWRO) untuk penyediaan air bersih layak minum bagi masyarakat Sabira. Yang terbaru, sejak Maret 2021 pemerintah juga telah mengoperasikan Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik (SPALD) untuk mengurangi pencemaran lingkungan sekaligus menjaga kualitas air permukaan dan air tanah di Sabira. ANTARA FOTO/ADITYA PRADANA PUTRA

31 Juli 2021 00:00 WIB

Lampu bersinar terang di rumah singgah panggung khas Bugis dan Masjid Jami Nurul Bahri dengan latar belakang mercu suar di Pulau Sabira, 21 Juni 2021. Fase gelap penuh ketertinggalan kini sudah menjadi masa lalu. Kini, masa depan cerah terus ditatap dengan rasa optimis oleh para warga Sabira tanpa lagi merasa sebagai anak tiri dari ibu kota. ANTARA FOTO/ADITYA PRADANA PUTRA
Lampu bersinar terang di rumah singgah panggung khas Bugis dan Masjid Jami Nurul Bahri dengan latar belakang mercu suar di Pulau Sabira, 21 Juni 2021. Fase gelap penuh ketertinggalan kini sudah menjadi masa lalu. Kini, masa depan cerah terus ditatap dengan rasa optimis oleh para warga Sabira tanpa lagi merasa sebagai anak tiri dari ibu kota. ANTARA FOTO/ADITYA PRADANA PUTRA

31 Juli 2021 00:00 WIB