Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Rwanda Peringati 25 Tahun Genosida yang Tewaskan 800 Ribu Orang

Editor

Seorang peserta memberi isyarat di dekat lilin nyala malam pada upacara peringatan 25 tahun genosida Rwanda, di stadion Amahoro di Kigali, Rwanda 7 April 2019. Genosida adalah sebuah pembantaian besar-besaran secara sistematis terhadap satu suku bangsa atau sekelompok suku bangsa dengan maksud memusnahkan atau (membuat punah) bangsa tersebut. REUTERS/Jean Bizimana
Seorang peserta memberi isyarat di dekat lilin nyala malam pada upacara peringatan 25 tahun genosida Rwanda, di stadion Amahoro di Kigali, Rwanda 7 April 2019. Genosida adalah sebuah pembantaian besar-besaran secara sistematis terhadap satu suku bangsa atau sekelompok suku bangsa dengan maksud memusnahkan atau (membuat punah) bangsa tersebut. REUTERS/Jean Bizimana

8 April 2019 00:00 WIB

Sejumlah pemuda Rwanda ikut berpartisipasi dalam Peringatan 25 tahun Genosida 1994 di Memorial Genosida Kigali di stadion Amahoro di Kigali, Rwanda 7 April 2019. Upacara tersebut guna memperingati pembantaian 800.000 orang Tutsi dan orang Hutu moderat yang terbunuh selama tiga bulan pada 25 tahun lalu. REUTERS/Jean Bizimana
Sejumlah pemuda Rwanda ikut berpartisipasi dalam Peringatan 25 tahun Genosida 1994 di Memorial Genosida Kigali di stadion Amahoro di Kigali, Rwanda 7 April 2019. Upacara tersebut guna memperingati pembantaian 800.000 orang Tutsi dan orang Hutu moderat yang terbunuh selama tiga bulan pada 25 tahun lalu. REUTERS/Jean Bizimana

8 April 2019 00:00 WIB

Para peserta memegang lilin saat mengikuti upacara peringatan 25 tahun genosida Rwanda, di stadion Amahoro di Kigali, Rwanda 7 April 2019. Warga memperingati Genosida yang terjadi pada 6 April 1994, ketika Presiden Juvenal Habyarimana dan presiden Burundi Cyprien Ntaryamira tewas setelah pesawat yang merka tumpangai ditembaki ketika melintas di ibu kota Rwanda. REUTERS/Baz Ratner
Para peserta memegang lilin saat mengikuti upacara peringatan 25 tahun genosida Rwanda, di stadion Amahoro di Kigali, Rwanda 7 April 2019. Warga memperingati Genosida yang terjadi pada 6 April 1994, ketika Presiden Juvenal Habyarimana dan presiden Burundi Cyprien Ntaryamira tewas setelah pesawat yang merka tumpangai ditembaki ketika melintas di ibu kota Rwanda. REUTERS/Baz Ratner

8 April 2019 00:00 WIB

Ketua Komisi Uni Afrika Moussa Faki Mahamat, Presiden Rwanda Paul Kagame, Jeannette Kagame dan Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker, menyalakan api harapan selama upacara peringatan 25 genosida di Memorial Genocide di Gisozi di Kigali, Rwanda, 7 April 2019. Dalam kurun waktu 3 bulan, lebih dari 800 ribu orang tewas dibantai. Sekitar 10 ribu orang tewas setiap hari. REUTERS/Baz Ratner
Ketua Komisi Uni Afrika Moussa Faki Mahamat, Presiden Rwanda Paul Kagame, Jeannette Kagame dan Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker, menyalakan api harapan selama upacara peringatan 25 genosida di Memorial Genocide di Gisozi di Kigali, Rwanda, 7 April 2019. Dalam kurun waktu 3 bulan, lebih dari 800 ribu orang tewas dibantai. Sekitar 10 ribu orang tewas setiap hari. REUTERS/Baz Ratner

8 April 2019 00:00 WIB

Presiden Rwanda Paul Kagame berjalan di samping para pemimpin negara bagian lainnya dalam perjalanan untuk memperingati 25 tahun Genosida di Kigali, Rwanda 7 April 2019. Genosida telah menghilangkan sekitar 70 persen populasi etnis minoritas Tutsi atau 10 persen dari total populasi Rwanda. REUTERS/Baz Ratner
Presiden Rwanda Paul Kagame berjalan di samping para pemimpin negara bagian lainnya dalam perjalanan untuk memperingati 25 tahun Genosida di Kigali, Rwanda 7 April 2019. Genosida telah menghilangkan sekitar 70 persen populasi etnis minoritas Tutsi atau 10 persen dari total populasi Rwanda. REUTERS/Baz Ratner

8 April 2019 00:00 WIB

Perdana Menteri Belgia Charles Michel menyalakan lilin untuk acara malam hari Peringatan 25 tahun Genosida di stadion Amahoro di Kigali, Rwanda 7 April 2019. Aksi pembantaian etnis ini berakhir pada Juli 1994 ketika Front Patriotik Rwanda, gerakan pemberontak yang dipimpin Paul Kagame dari etnis Tutsi berusia 36 tahun. REUTERS/Jean Bizimana
Perdana Menteri Belgia Charles Michel menyalakan lilin untuk acara malam hari Peringatan 25 tahun Genosida di stadion Amahoro di Kigali, Rwanda 7 April 2019. Aksi pembantaian etnis ini berakhir pada Juli 1994 ketika Front Patriotik Rwanda, gerakan pemberontak yang dipimpin Paul Kagame dari etnis Tutsi berusia 36 tahun. REUTERS/Jean Bizimana

8 April 2019 00:00 WIB