Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pabrik Tekstil Perintis yang Bertahan di Tengah Gempuran Zaman

Editor

Pekerja menyelesaikan pembuatan tenun di Pabrik Tekstil Perintis, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, 15 Desember 2017. Pabrik tenun ini, merupakan pabrik tenun bersejarah, yang telah berdiri sejak 1952. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi
Pekerja menyelesaikan pembuatan tenun di Pabrik Tekstil Perintis, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, 15 Desember 2017. Pabrik tenun ini, merupakan pabrik tenun bersejarah, yang telah berdiri sejak 1952. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi

16 Desember 2017 00:00 WIB

Pekerja menyelesaikan pembuatan tenun di Pabrik Tekstil Perintis, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, 28 November 2017. Pabrik sempat mengalami masa kejayaan pada tahun 1968 hingga tahun 70-an dan dikenal sebagai penghasil kain tenun dengan kualitas sangat baik. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi
Pekerja menyelesaikan pembuatan tenun di Pabrik Tekstil Perintis, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, 28 November 2017. Pabrik sempat mengalami masa kejayaan pada tahun 1968 hingga tahun 70-an dan dikenal sebagai penghasil kain tenun dengan kualitas sangat baik. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi

16 Desember 2017 00:00 WIB

Sekretaris Koperasi Perintis Igede Wirata (72), memegang foto Moch Musa salah satu pengurus Koperasi perintis pertama di depan Tugu Koperasi, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, 28 November 2017. Pabrik Tekstil Perintis yang berada tepat disamping Monumen Nasional Tugu Koperasi Kota Tasikmalaya itu merupakan pabrik tekstil paling besar dengan mesin berteknologi Jepang. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi
Sekretaris Koperasi Perintis Igede Wirata (72), memegang foto Moch Musa salah satu pengurus Koperasi perintis pertama di depan Tugu Koperasi, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, 28 November 2017. Pabrik Tekstil Perintis yang berada tepat disamping Monumen Nasional Tugu Koperasi Kota Tasikmalaya itu merupakan pabrik tekstil paling besar dengan mesin berteknologi Jepang. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi

16 Desember 2017 00:00 WIB

Pekerja memasukkan benang ke dalam jarum mesin secara manual di Pabrik Tekstil Perintis, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, 28 November 2017. Seiring perkembangan jaman, pabrik ini hanya bisa bertahan dengan produksi kain setengah jadi 200 kodi saja setiap minggunya. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi
Pekerja memasukkan benang ke dalam jarum mesin secara manual di Pabrik Tekstil Perintis, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, 28 November 2017. Seiring perkembangan jaman, pabrik ini hanya bisa bertahan dengan produksi kain setengah jadi 200 kodi saja setiap minggunya. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi

16 Desember 2017 00:00 WIB

Seorang mekanik memperbaiki mesin tenun yang rusak di Pabrik Tekstil Perintis, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, 28 November 2017. Kebanyakan produksi di pabrik tekstil Perintis ini rutin dikirim ke NTB dan Bali, dimana kebanyakan tenunan berupa kain sarung dan harus dilakukan pengolahan lanjutan. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi
Seorang mekanik memperbaiki mesin tenun yang rusak di Pabrik Tekstil Perintis, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, 28 November 2017. Kebanyakan produksi di pabrik tekstil Perintis ini rutin dikirim ke NTB dan Bali, dimana kebanyakan tenunan berupa kain sarung dan harus dilakukan pengolahan lanjutan. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi

16 Desember 2017 00:00 WIB

Pekerja memeriksa benang untuk pembuatan tenun di Pabrik Tekstil Perintis, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, 17 November 2017. Dengan menggunakan 46 mesin teknologi lama dan hanya didukung 44 orang pekerja, pabrik tenun perintis ini sulit untuk bisa meningkatkan kualitas dan kuantitas produksinya. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi
Pekerja memeriksa benang untuk pembuatan tenun di Pabrik Tekstil Perintis, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, 17 November 2017. Dengan menggunakan 46 mesin teknologi lama dan hanya didukung 44 orang pekerja, pabrik tenun perintis ini sulit untuk bisa meningkatkan kualitas dan kuantitas produksinya. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi

16 Desember 2017 00:00 WIB